PROSES PEMBENTUKAN MINYAK BUMI halaman 2

2.Teori Organik (Biogenesis)

Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan permukaan bumi, yang digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan, dimana karbon diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon dioksida di atmosfir berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh organisme fotosintetik darat dan laut. Pada arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme).
P.G. Mackuire yang pertama kali mengemukakan pendapatnya bahwa minyak bumi berasal dari tumbuhan. Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk membuktikan bahwa minyak bumi berasal dari zat organik yaitu:- Minyak bumi memiliki sifat dapat memutar bidang polarisasi,ini disebabkan oleh adanya kolesterol atau zat lemak yang terdapat dalam darah, sedangkan zat organik tidak terdapat dalam darah dan tidak dapat memutar bidang polarisasi.- Minyak bumi mengandung porfirin atau zat kompleks yang terdiri dari hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel, dsb.- Susunan hidrokarbon yang terdiri dari atom C dan H sangat mirip dengan zat organik, yang terdiri dari C, H dan O. Walaupun zat organik menggandung oksigen dan nitrogen cukup besar.- Hidrokarbon terdapat di dalam lapisan sedimen dan merupakan bagian integral sedimentasi.- Secara praktis lapisan minyak bumi terdapat dalam kambium sampai pleistosan.- Minyak bumi mengandung klorofil seperti tumbuhan.


Proses pembentukan minyak bumi terdiri dari tiga tingkat, yaitu:1. Pembentukan sendiri, terdiri dari:- pengumpulan zat organik dalam sedimen- pengawetan zat organik dalam sedimen- transformasi zat organik menjadi minyak bumi.2. Migrasi minyak bumi yang terbentuk dan tersebar di dalam lapisansedimen terperangkap.3. Akumulasi tetes minyak yang tersebar dalam lapisan sedimen hingga berkumpil menjadi akumulasi komersial.
Proses kimia organik pada umumnya dapat dipecahkan dengan percobaan di laboratorium, namun berbagai faktor geologi mengenai cara terdapatnya minyak bumi serta penyebarannya didalam sedimen harus pula ditinjau. Fakta ini disimpulkan oleh Cox yang kemudian di kenal sebagai pagar Cox diantaranya adalah:Minyak bumi selalu terdapat di dalam batuan sedimen dan umumnya pada sedimen marine, fesies sedimen yang utama untuk minyak bumi yang terdapat di sekitar pantai.Minyak bumi memeng merupakan campuran kompleks hidrokarbon.Temperatur reservior rata-rata 107°C dan minyak bumi masih dapat bertahan sampai 200°C. Diatas temperatur ini forfirin sudah tidak bertahan.Minyak bumi selalu terbentuk dalam keadaan reduksi ditandai adanya forfirin dan belerang.Minyak bumi dapat tahan pada perubahan tekanan dari 8-10000 psi.Proses transformasi zat organik menjadi minyak bumi.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi peristiwa diatas, diantaranya:1. Degradasi thermalAkibat sedimen terkena penimbunan dan pembanaman maka akan timbul perubahan tekanan dan suhu. Perubahan suhu adalah faktor yang sangat penting.2. Reaksi katalisAdanya katalis dapat mempercepat proses kimia.3. RadioaktivasiPengaruh pembombanderan asam lemak oleh partikel alpha dapay membentuk hidrokarbon parafin. Ini menunjukan pengaruh radioaktif terhadap zat organik.4. Aktifitas bakteri. Bakteri mempunyai potensi besar dalam proses pembentukan hidrokarbon minyak bumi dan memegang peranan dari sejak matinya senyawa organik sampai pada waktu diagnosa, serta menyiapkan kondisi yang memungkinkan terbentuknya minyak bumi.
Zat organik sebagai bahan sumberJenis zat oragink yang dijadikan sumber minyak bumi menurut para ahli dap[at disimpulkan bahwa jenis zat organik yang merupakan zat pembentuk utama minyak bumi adalah lipidzat organik dapat terbentuk dalamkehidupan laut ataupun darat dan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: yang berasal dari nabati dan hewani.

PROSES PEMBENTUKAN MINYAK BUMI halaman 1

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin: petrus ), dijuluki juga sebagai emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa organisme tersebut mengendap di dasar lautan, kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu, dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik tersebut dan mengubahnya menjadi minyak dan gas.Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini memakan waktu jutaan tahun. Minyak dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori seperti air dalam batu karang. Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari suatu daerah ke daerah lain, kemudian terkosentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap.Walupun minyak bumi dan gas alam terbentuk di dasar lautan, banyak sumber minyak bumi yang terdapat di daratan. Hal ini terjadi karena pergerakan kulit bumi, sehingga sebagian lautan menjadi daratan. Dewasa ini terdapat dua teori utama yang berkembang mengenai asal usul terjadinya minyak bumi, antara lain:
1. Teori Anorganik (Abiogenesis)
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain. Secara umum dinyatakan seperti dibawah ini:
Berdasarkan teori anorganik, pembentukan minyak bumi didasarkan pada proses kimia, yaitu :
a. Teori alkalisasi panas dengan CO2 (Berthelot)
Reaksi yang terjadi:
alkali metal + CO2 karbida
karbida + H2O ocetylena
C2H2 C6H6 komponen-komponen lain
Dengan kata lain bahwa didalam minyak bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan bersuhu tinggi. Bila CO2 dari udara bersentuhan dengan alkali panas tadi maka akan terbentuk ocetylena. Ocetylena akan berubah menjadi benzena karena suhu tinggi. Kelemahan logam ini adalah logam alkali tidak terdapat bebas di kerak bumi.
b. Teori karbida panas dengan air (Mendeleyef)
Asumsi yang dipakai adalah ada karbida besi di dalam kerak bumi yang kemudian bersentuhan dengan air membentuk hidrokarbon, kelemahannya tidak cukup banyak karbida di alam.

Gas alam di Indonesia

Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an dimana produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT Pupuk Sriwidjaja di Palembang. Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia meningkat pesat sejak tahun 1974, dimana PERTAMINA mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang. Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup,dan digantikan oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri. Pada masa itu Pusri IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena menggunakan teknologi tinggi. Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974, PERTAMINA juga memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di lepas pantai (off shore) laut Jawa dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan industri menengah dan berat di kawasan Jawa Barat dan Cilegon Banten. Pipa gas alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon, Banten memasok gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik, pabrik baja dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.
Selain untuk kebutuhan dalam negeri, gas alam di Indonesia juga di ekspor dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas)
Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Nanggröe Aceh Darussalam. Sumber gas alam yang terdapat di di daerah Kota Lhokseumawe dikelola oleh PT Arun NGL Company. Gas alam telah diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggröe Aceh Barôh (kabupaten Aceh Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea, dengan bahan baku dari gas alam.

Pemanfaatan Gas Alam

Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga hotel, restoran dan sebagainya.
Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear low density polyethylene, HDPE = high density polyethylen, PE= poly ethylene, PVC=poly vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.
Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas (LNG.
Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner (AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.

Gas alam

Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.

Gasuma Bangun Instalasi Pengolahan Gas


INILAH.COM, Bojonegoro - PT Gasuma mulai membangun instalasi pengolahan gas dari sumur minyak Sukowati di Bojonegoro, Jawa Timur, menjadi energi listrik.
Menurut pimpinan Tuban Office PT Gasuma Winarto Atmodjo, di Bojonegoro, Senin (2/3), instalasi yang akan mengolah gas dari lapangan Mudi di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Tuban itu dibangun di Desa Badegan, Kecamatan Soko, Tuban, di atas tanah seluas 13 ha.
"Yang jelas lokasi tanah sudah kami peroleh dan sekarang proses pembangunan sedang berjalan, mulai pengurugan tanah untuk lokasi," katanya.
Pembangunan instalasi pengolah gas menjadi tenaga listrik tersebut diharapkan selesai dalam waktu 10 bulan.
Ditanya tentang biaya pembangunan instanlasi itu, dia enggan menjelaskan secara rinci, keculai menyebutkan bahwa biayanya di atas US$ 15 juta.
Sesuai pengajuan yang disetujui BP Migas, instalasi tersebut akan mengolah 17,5 juta kaki kubik gas menjadi tenaga listrik.
Menurut dia, sesuai dengan kontrak, PT Gasuma akan mengolah gas sumur minyak Sukowati tersebut selama enam tahun.
Gas sebanyak 17,5 juta kaki kubik tersebut mampu menghasilkan energi listrik sebesar 10 mega watt atau mampu mencukupi kebutuhan 10.000 rumah tangga.
"Paling tidak mampu mencukupi listrik warga di satu kecamatan lebih," katanya.
Selama enam tahun itu, katanya, pihaknya optimis pasokan gas dari sumur minyak Sukowati di Bojonegoro berjalan lancar karena gas yang diolah tersebut baru sebagian dari potensi gas yang dihasilkan sumur minyak Sukowati di Bojonegoro.
"Selain iut, Petrochina terus melakukan pengeboran untuk mendapatkan sumur minyak baru," katanya.
Atmodjo juga menyatakan optimistis perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dari pengolahan gas sumur minyak Sukowati tersebut.
"Karena produknya listrik, pembelinya seharusnya PLN, tetapi sekarang masih dalam proses. Kalau memang PLN tidak mau membeli kami akan mencari alternatif lain," katanya.

PSIS Semarang Tunjuk Manajemen Baru

SEMARANG - Pascapembubaran tim senior, PSIS Semarang langsung gerak cepat. Mahesa Jenar -julukan PSIS- langsung menyiapkan manajemen yang akan mendampingi tim U-21 tampil diajang Liga Super Indonesia (LSI) 2008/2009.Direktur Utama (Dirut) PT Mahesa Jenar Yoyok Sukawi menyatakan: "Setelah tim senior dibubarkan, seluruh jajaran manajemen tim senior secara otomatis statusnya non aktif.""Tugas mereka saat ini tinggal menyelesaikan hutang-hutang dan beban tim senior. Tim U-21, kedepannya akan dikomandani oleh Danur Risprianto dan Edy Purwanto," lanjut Yoyok.Hanya saja, dia belum bisa memberi kepastian soal status kedua orang tersebut dalam struktur kepengurusan PSIS U-21 yang dalam waktu dekat ini menggantikan peran seniornya tampil di kasta tertinggi kompetisi Tanah Air."Saya belum tahu mas. SK (Surat Keputusan) Ketua Umum PSIS (Sukawi Sutarip) belum turun. Tapi sepertinya, mereka akan jadi manajer dan asisten manajer PSIS U-21," jelas putra kedua Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip itu.

Barcelona Pensiunkan Chelsea


Barcelona diklaim akan menghentikan ambisi Chelsea ke final Liga Champions. Pada leg kedua semifinal di Stamford Bridge, Kamis (7/5/2009), El Barca akan membuat puluhan ribu fansnya menangis.Tapi tunggu dulu. Klaim tersebut hanya didasarkan pada jajak pendapat yang dilakukan okezone. Sebagian besar responden yakin Barcelona akan menantang Manchester Umited di final.Berdasarkan jajak pendapat yang diikuti 8.811 responden dan ditutup Rabu (6/5/2009) sore, 5.278 responden menjagokan Barcelona lolos ke laga puncak. Sebanyak 3.444 responden yakin Chelsea mengulangi sukses musim lalu.Dalam jajak pendapat yang mengangkat topik Barcelona akan menghadapi Chelsea pada semifinal Liga Champions. Klub mana yang lolos ke final?, sebanyak 89 responden mengakui tidak mengetahui.

Besok PDIP Tegaskan Sikap Koalisi

JAKARTA - Tak kunjung mendapat respons dari Gerindra, membuat PDI Perjuangan sedikit "galak". Partai ranking tiga di Pileg ini pun akan rapat untuk menentukan sikap tegas arah koalisi di Pilpres."Besok PDI Perjuangan akan menentukan sikap," kata Sekjen PDI Perjuangan, Pramono Anung, di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (6/5/2009).Namun, Pram menegaskan, penegasan sikap itu akan dibahas di dalam rapat yang akan digelar besok di Jalan Teuku Umar. "Soal capres atau cawapres, kita memberikan kewenangan kepada Ibu Mega," jelasnya.Karena itu, dalam rapat besok tergantung kepada Ibu Mega apakah akan memberikan pengumuman cawapres kepada publik.dia bilang besok PDIP akan menentukan sikap dan posisi ada rapat khusus membahas bagaimana posisi politik PDI P bukan mengumumkan capres dan cawapres. Ini keputusan final apa yang diputuskan dalam rakernas. kita memberikan kewenangan kepada Ibu mega. dalam rapat besok tergantung Mega kapan beliau memberikan pengumuman cawapres kepada publik. (ahm)

Rotary Drilling

Cara Melakukan Pemboran :
Bila sumur percobaan telah dipastikan letaknya dan pemboran telah diputuskan, pekerjaan-pekerjaan yang menanti sesudah itu cukup banyak. Jika kebetulan tempat tersebut jauh terletak dalam hutan, jalan-jalan harus dibangun terlebih dahulu atau merencanakan pengangkutan lewat udara. Berbagai fasilitas lain juga harus disiapkan seperti rumah, bengkel, perlistrikan, air dan lain-lain. Bilamana perlengkapan itu telah tersedia, barulah dibangun menara bor dan percobaan pemboran dapat dimulai.
Menara pemboran yang dipakai dalam mencari minyak ini terbuat dari rangka-rangka baja yang sangat kokoh yang tingginya kira-kira 40m. pada bagian sebelah bawah terdapat lantai yang ditengah-tengahnya terpasang sebuah meja putar yang digerakkan dengan mesin. Di bagian atasnya terdapat sebuah alat pengangkat dengan sebuah kerekan. Sebuah pipa persegi yang dinamakan “ Kelly” dikaitkan pada pipa bor sedangkan pada ujung sebelah bawah dipasang kawat bor yang bergerigi. Pahat ini bentuknya menyerupai pahat gurdi tukang kayu dan cara kerjanya hampir sama. Bila mesin dihidupkan dan meja putar mulai bergerak, pipa dan pahat bor ikut sama-sama berputar. Begitu pahat tersebut menyentuh tanah, maka mulailah proses pemboran sumur itu yang dibantu oleh tekanan berat batang-batang besi pembawa dan pipa bor. Manakala mata bor itu telah mencapai kedalaman dua atau tiga puluh kaki masuk ke dalam tanah, ia ditarik lagi ke atas untuk kemudian dipasang sebuah tabung atau pipa baru yang ditaruh tepat antara Kelly dan pahat bor. Pipa itu selanjutnya ditanam kembali sedalam mungkin dan pekerjaan pemboran dilanjutkan.
Semacam lumpur yang mengandung bahan-bahan kimia digunakan pada saat pemboran dijalankan. Lumpur ini dipergunakan sebagai alat pelicin dan pendingin pahat serta untuk menyumbat sisi-sisi lubang supaya tidak longsor. Ia dimasukkan ke dalam sumur dengan jalan memompakkan melalui tabung dan pahat bor. Lumpur ini kemudian naik kembali ke atas permukaan tanah melalui rantai bor dan dinding pipa dengan membawa kepingan-kepingan batu yang dikerat oleh pahat bor di dalam tanah.
Pada setiap kali penambahan pipa bor, rantai bor harus ditarik dahulu ke atas dimana penyambungan dilakukan. Itulah sebabnya menara itu dibuat cukup tinggi, supaya memungkinkan melakukan pakerjaan penambahan pipa-pipa tersebut.
Suatu usaha pemboran dikatakan berhasil bila terdapat indikasi-indikasi berupa kepingan-kepingan batu atau tanah yang terbawa oleh Lumpur dari dalam sumur kepermukaan.
Sistem Sirkulasi ( Circulating System )
Fungsi utama dari system sirkulasi adalah mengangkat serpihan cutting dari dasar sumur ke permukaan. Skema dari system sirkulasi dapat dilihat pada gambar 1. Fluida pemboran umumnya berupa suspensi dari clay dan material lainnya dalam air yang sering disebut dengan fluida pemboran. Aliran dari fluida pemboran melewati:
Dari steel tanks ke mud pump
Dari mud pump ke high-pressure surface connection dan ke drillstring
Dari drillstring ke bit
Dari nozzle bit ke atas annulus lubang dengan drillstring sampai ke permukaan
Masuk ke contaminant-removal equipment dan kembali ke suction tank.
Peralatan Utama dari Circulating System adalah :
Mud pump : Berfungsi untuk memompa fluida pemboran dengan tekanan tinggi. Ada dua macam mud pump yaitu : Duplex dan triplex, perbedaan utamanya adalah dalam jumlah torak dan cara kerjanya
Mud pits : Suatu kolam tempat lumpur sebelum disirkulasikan.
Sistem pit dan susunan dari peralatan yang menangani lumpur di atas pit dirancang atas pertimbangan drilling engineer.
Biasanya rig mempunyai dua atau tiga pit dengan ukuran lebar 8-12 ft, panjang 20-40 ft dan tinggi 6-12 ft. Volumenya berkisar antara 200-600 bbl.
Pada operasi-operasi di offshore dapat ditambahkan 1-3 pit untuk penyimpanan kelebihan lumpur dan untuk lumpur yang mempunyai densitas tinggi.
Pit pertama dilengkapi peralatan pengontrol solid. Dahulu pit kedua dipakai untuk tempat mengendapkan solid, walaupun ada perhitungan-prhitungan yang menunjukkan bahwa kebanyakan solid dalam lumpur tidak akan mengendap mengingat waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan lumpur relatif singkat. Kini pit kedua dilengkapi beberapa peralatan pengontrol solid bila pit yang tersedia sejajar. Pada pit terakhir dilengkapi oleh pipa-pipa isap dan slugging pit untuk persiapan lumpur berat yang digunakan sebelum tripping dan pipa-pipa untuk memasukkan chemical treatment.
Pit-pit mempunyai sistem pengaduk yang memutar lumpur untuk mengurangi barite atau mngendapkan solid. Umumnya ada dua jenis pengaduk yaitu :
Perputaran kipas yang ditenggelamkan dan digerakkan masing-masing oleh motor listrik.
Pompa centrifugal dengan gerakkan jet dan lumpur yang ditembakkan untuk memecah viskositas yang tinggi dari lumpur di dalam lumpur.
Mud mixing equipment : Suatu peralatan yang berfungsi untuk mencampurkan bahan-bahan atau material pada lumpur dengan menggunakan mixing hopper.
Mixing Hopper : Peralatan berbentuk corong yang dipakai untuk menambahkan bahan-bahan padat ke dalam fluida pemboran pada saat treatment di dalam mud pit.
Contaminant removal : Suatu peralatan yang berfungsi untuk membersihkan fluida pemboran yang keluar dari lubang sumur setelah disirkulasi, terdiri dari:
Mud gas Separator, berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari fluida pemboran.
Shale Shaker, berfungsi untuk memisahkan cutting berukuran besar dari fluida pemboran.
Degasser, berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari fluida pemboran secara terus menerus.
Desander, berfungsi untuk memisahkan pasir dari fluida pemboran.
Desilter, berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang ukurannya lebih kecil dari pasiR.

Pendamping Mega Tunggu Putusan Rapimnas Gerindra


JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih menunggu hasil Rapimnas Partai Gerindra untuk menentukan siapa cawapres Megawati Soekarnoputri pada Pemilu Presiden 8 Juli 2009.

"Selain itu, PDIP masih menunggu hasil tabulasi KPU," ujar Ketua DPP PDIP Tjahyo Kumolo di kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar, Jakarta, Selasa, (5/5/2009).

Jika PDIP memperoleh 120 kursi di DPR, lanjut Tjahjo, Partai berlambang banteng bermoncong putih itu akan mengajukan capres sendiri.

"Tapi tetap harus dapat tambahan dari Gerindra dan ditambah partai lain," kata pria yang masih menjabat Ketua FPDIP itu.

Sampai saat ini, kata dia, PDIP masih berpegang teguh pada hasil Rakernas PDIP yang mengusung Megawati sebagai capres. "Dan sekarang sudah hampir final. Jadi apapun yang diputuskan Ibu Mega sudah ada dasar hukum yang kuat,"terangnya.

Sebelumnya, Sekjen PDIP Pramono Anung memastikan PDIP akan mengumumkan nama capres dan cawapres pada 7 Mei mendatang. Jika sudah dideklarasikan, ada dua capres yang siap maju di pilpres yakni Jusuf Kalla dan Megawati. (ahm)

Seputar Killing Well

Work Over and Well Service merupakan salah satu kegiatan dalam teknik operasi pada suatu sumur minyak. Pekerjaan ini bertujuan untuk perawatan sumur, kerja ulang pindah lapisan (KUPL), stimulasi dan reparasi sumur. Dengan melakukan perawatan dan reparasi sumur maka diharapkan dapat mengembalikan produksi sumur ke potensi sebelumnya. Sedangkan untuk meningkatkan produksi suatu sumur dapat dilakukan dengan cara stimulasi sumur dan melakukan kerja ulang pindah lapisan dengan cara pelubangan (Perforasi) lapisan baru. Didalam melakukan pekerjaan ini, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar kegiatan dapat berjalan baik. Salah satu faktor terpenting adalah pengetahuan mengenai tekanan formasi sumur. Pekerjaan Work Over baru bisa dilakukan apabila tekanan formasi sumur telah dapat dikendalikan. Kegiatan awal untuk mengamankan keadaan sumur disebut dengan Killing Well (mematikan sumur) yang dapat dilakukan dengan beberapa cara.

1. Tekanan formasi

Tekanan formasi adalah tekanan yang berasal dari fluida pengisi pori-pori dari batuan formasi. Pada proses kompaksi sedimen, tekanan pada lapisan di bawah akan terus bertambah seiring dengan penambahan lapisan dan tekanan di atasnya. Tambahan tekanan ini akan ditahan oleh matriks dan fluida pengisi pori-pori. Oleh karena itu, tekanan fluida pengisi pori dapat terus bertambah.


Berdasarkan hal di atas, tekanan formasi dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

1.1 Tekanan normal

Tekanan formasi dapat disebut normal apabila gaya ke bawah dari tekanan overburden dapat diimbangi dengan tekanan ke atas dari matrik dan fluidanya (gradien tekan sama besarnya dengan gradien air asin) atau dengan kata lain tekanan dari fluida formasi pada lapisan tersebut sesuai dengan gradien tekanan yang diakibatkan oleh overburden (jumlah tekanan lapisan-lapisan formasi) di atasnya. Hal ini dapat terjadi apabila formasi tidak tersekat oleh formasi lain yang memiliki permeabilitas berbeda yang lebih kecil. Tekanan formasi normal akan memiliki gradien tekanan berkisar antara 0,433 Psi/ft sampai dengan 0,465 Psi/ft.

1.2 Tekanan abnormal

Tekanan abnormal atau Overpressured biasanya terjadi karena gaya ke bawah dari tekanan overburdennya lebih besar daripada tekanan keatas dari matrik dan fluidanya (gradien tekan lebih besar daripada gradien air asin). Tekanan formasi abnormal akan memiliki gradien tekanan formasi yang lebih besar dari 0,465 Psi/ft.

1.3 Tekanan subnormal

Tekanan subnormal terjadi karena gaya ke bawah dari tekanan overburdennya lebih kecil daripada tekanan ke atas dari matrik dan fluidanya (gradien tekan lebih kecil daripada gradien air asin). Tekanan subnormal memiliki gradien tekanan formasi yang lebih kecil dari 0,433 Psi/ft.
Pengetahuan mengenai tekanan formasi sangat penting diketahui, hal ini bertujuan agar pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dan aman. Dari ketiga jenis tekanan di atas, Overpressured akan memberikan masalah yang lebih berat daripada tekanan subnormal. Overpressured dapat menyebabkan timbulnya kick yang apabila tidak dapat dikendalikan akan mengakibatkan terjadinya semburan liar. Semburan liar dapat dihindari dengan cara memperbesar tekanan hidrostatik fluida dalam sumur atau lubang bor. Tekanan hidrostatik (Hydrostatic Pressure) adalah suatu tekanan yang dihasilkan oleh suatu kolom fluida pada kondisi diam (statik).
Secara matematis, besarnya tekanan hidrostatik fluida pengisi lubang bor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

HP = TVD x MW x 0,052

dimana : HP = Tekanan hidrostatik lumpur (Psi)
TVD = Kedalaman vertikal yang sebenarnya (ft)
MW = Berat lumpur (ppg)
2. Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah sistem yang memungkinkan lumpur dapat bergerak menjalankan fungsinya. Adapun jalannya sistem sirkulasi tersebut adalah :
1) Pompa lumpur (Mud Pump) memompakan lumpur pwmboran ke arah bawah (lubang) melalui pipa bor (Drill Pipe) dan kollar bor (Drill Collar).
2) Lumpur disemprotkan melalui Noozle Jet dan serbuk bor (Cuttings) terangkat ke atas.
3) Serbuk bor dibawa kepermukaan.
Lumpur dan serbuk bor kembali ke permukaan melalui annulus, yakni ruangan antara lubang bor pipa pemboran. Dipermukaan keduanya meninggalkan lubang sumur melalui Mud Return Line dan jatuh ke Vibrating Screen yang disebut Shale Shaker. Shaker bertugas memisahkan serbuk bor dan Lumpur untuk menjaga berat jenis Lumpur (Mud Density). Pompa Lumpur pada hakekatnya merupakan jantung dari system sirkulasi ini.
3. Lumpur pemboran
Lumpur pemboran merupakan faktor penting dalam operasi pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung dari jenis lumpur yang dipakai.
Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran (Cutting). Lalu dengan berkembangnya pemboran, lumpur mulai digunakan. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat kimia ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran walaupun lumpur tetap bertahan. Dengan demikian fungsi dari lumpur pemboran tersebut juga semakin banyak.
Adapun fungsi utama dari lumpur pemboran menurut Rubiandini (2004:129-131) adalah :
1) Mengangkat serpih bor ke permukaan
2) Mendinginkan dan melumasi Bit dan Drill String
3) Memberi dinding pada lubang bor dengan Mud Cake
4) Mengontrol tekanan formasi
5) Menahan serpih bor dan material-material pemberat pada suspensi bila sirkulasi lumpur dihentikan sementara.
6) Melepaskan pasir dan serpih bor di permukaan
7) Menahan sebagian berat Drill Pipe dan Casing (Bouyancy Effect)
8) Mengurangi efek negative pada formasi
9) Mendapatkan informasi (Mud Log, Sample Log)
10) Media Logging
Klasifikasi Lumpur pemboran berdasarkan fasa fluidanya adalah sebagai berikut :
1) Fresh Water Muds
Adalah Lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan (kalau ada) kadar garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm = 1 % garam)
2) Salt water mud
Lumpur ini digunakan untuk memberi garam massive (Salt Dome) atau Salt Stringer (lapisan formasi garam) dan kadang-kadang ada aliran air garam yang terbor. Fasa cairnya berupa air yang memiliki kadar garam cukup tinggi.
3) Oil base dan oil base emulsion mud
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinunya. Komposisinya diatur agar kadar airnya rendah (3-5 % volume). Kegunaan terbesar adalah pada completion dan work over. Kegunaan lain adalah untuk melepaskan drill pipe yang terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner.
4) Gaseous drilling fluid
Gas yang biasa digunakan adalah gas alam atau udara. Lumpur jenis ini biasa digunakan untuk keadaan sumur yang tekanan formasinya subnormal.

4. Peralatan well control

Well Control (pengendalian sumur) adalah suatu aktivitas pekerjaan pada suatu calon sumur (pemboran) atau pada suatu sumur produksi yang bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi aliran fluida dari formasi ke dalam lubang sumur (kick) selanjutnya ke permukaan sumur dan atau suatu aktivitas pekerjaan mengendalikan dan mematikan aliran fluida formasi (kick) yang tanpa disadari sudah terjadi ke dalam sumur atau calon sumur migas sehingga semburan liar (blow out) tidak terjadi.
Pada prinsipnya pengendalian sumur ada dua, yaitu kontrol primer dan skunder. Fluida pemboran berfungsi sebagai pengendali primer dan BOP (blow out preventer) sebagai pengendali skunder.
Kontrol primer bertujuan untuk mencegah masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor dengan cara menjaga tekanan hidrostatik kolom fluida atau sumur. Tekanan hidrostatik diatur agar selalu lebih besar daripada tekanan dari formasi. Pengaturan tekanan dapat dilakukan dengan cara mengatur berat lumpur.
Kontrol skunder baru berfungsi apabila kontrol primer sudah tidak dapat lagi mengontrol tekanan formasi. Tujuan dari control skunder ini adalah untuk mencegah agar tidak terjadi semburan liar di permukaan karena adanya fluida yang masuk ke dalam sumur. Caranya adalah dengan menutup sumur dengan BOP dan mensirkulasikan Lumpur yang lebih berat ke dalam lubang bor.
Berdasarkan tempat berfungsinya alat BOP terbagi atas dua tipe, yaitu tipe annular dan drillpipe.gabungan dari kedua tipe ini disebut BOP stack. Agar BOP stack dapat tersambung dengan choke line dan kill line, maka dipasanglah drilling spool. Spool harus memiliki diameter paling sedikit sama dengan diameter maksimum casing head bagian atas. Spool juga harus bisa menahan tekanan sebesar tekanan yang diterima oleh BOP stack.

5. Metode killing well

Mematikan sumur adalah memberikan tekanan lawan kedalam sumur agar tekanan dari dalam sumur tidak menyembur kepermukaan. Pemberian tekanan lawan adalah dengan memompakan cairan pemati (Killing Fluid) kedalam sumur, sehingga dengan berat kolom cairan pemati yang dipompakan akan menahan tekanan dalam sumur untuk menyembur kepermukaan.
Menurut Meiliza, Pribadi dan Syarif (2004:14-17) ada beberapa metode yang sering digunakan untuk proses mematikan sumur demi menjaga keamanan kerja :

5.1 Dynamic killing

Metode ini menggunakan tekanan hidrostatik dan tekanan gesek dari fluida yang dipompakan ke dalam sumur untuk mengatasi tekanan reservoir dan zona produktif. Metode ini digunakan untuk mematikan sumur relief. Kecepatan aliran pompa yang digunakan untuk melakukan metode ini adalah pompa dengan kecepatan lebih dari 100 barrel per menit.

5.2 Minimum killing

Metode ini digunakan pada sumur tertutup dan bertekanan. Tekanan pemompaan yang digunakan untuk mematikan sumur hanya sedikit diatas tekanan reservoir. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan pemompaan antara lain adalah kapasitas pompa, jenis lumpur dan berat jenis lumpur yang akan dipakai. Metode ini sangat tepat dilakukan pada situasi dimana kondisi sumur, khususnya integritas wellhead tidak diketahui dengan pasti.

5.3 Momentum killing

Pada metode ini cairan dipompakan lansung dengan menggunakan bullheading system dari atas ke bawah dengan kapasitas dan tekanan pompa yang tinggi diatas 100 barrel per menit. Lumpur yang digunakan adalah lumpur berat yang beratnya tergantung dengan tekanan formasi. Sifat aliran dan teknik pemompaan harus diketahui dengan pasti, karena metode ini akan menghasilkan tekanan hidrostatik sangat tinggi yang dapat menimbulkan masalah lain.

5.4 Volumetric killing/lubricating system

Volumetric killing dilakukan bila di dalam suatu sumur tidak terdapat rangkaian pipa bor atau tubing sehingga sumur tidak dapat disirkulasi. Caranya adalah dengan memompakan lumpur kedalam sumur dengan tekanan tertentu dan kemudian diablas kembali. Sebelum gas diablas, biarkan sumur sampai beberapa saat sampai lumpur yang telah dipompakan telah turun kebawah lubang bor dan gas bermigrasi ke atas.
5.5 Snubbing
Snubbing adalah memasukkan rangkaian pipa bor kedalam sumur yang bertekanan sampai kedalaman tertentu, kemudian memompakan killing fluid kedalamnya lalu disirkulasi sampai sumur mati. Snubbing dapat dilakukan pada sumur bertekanan atau sumur yang sedang mengalir (diverted well). Pada sumur dengan formasi yang lemah, metode ini sangat tepat untuk dilakukan.

5.6 Diverted killing

Pada yang desain cassingnya tidak sempurna, menutup BOP dapat menyebabkan terjadinya crater dibawah sepatu casing dan gas akan menyembur tidak terkendali di sekitar lokasi.
Apabila terjadi semburan liar dan lapisan gas dangkal serta selubung yang terpasang tidak dapat menahan terjadinya crater dibawah sepatu, maka tindakan awal yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Alirkan sumur melalui diverter sampai tekanan formasi melemah
b. Buka diverter line dan tutup diverter
c. Pompakan lumpur atau air dengan kapasitas maksimum yang dapat dicapai. Apabila terdapat lumpur berat segera pompakan kedalam sumur untuk mengatasi aliran.
d. Segera isi semua tanki aktif dengan air dan lanjutkan pemompaan air sampai lumpur berat telah siap untuk dipompakan.
Apabila semburan liar belum dapat diatasi, siapkan suspended barite slurry, yaitu sejenis dengan barite plug namun masih bisa dipompakan dan mempunyai filtrat loss rendah.
Cara menyiapkan bahan ini adalah sebagai berikut :
a. Sedikan minimal 6000 bag barite dilokasi
b. Isi tangki dengan 500 barrel air. Berdasarkan pilot test, masukkan bentonite, caustic soda dan lignite atau lignosulfanote sampai diperoleh adonan 18-22 ppg.
c. Yakinkan cementing unit dapat mengaduk dan memompa dengan kapasitas tinggi. Lakukan uji coba dengan mengaduk antara 250-300 sak barite.
d. Aduk dan pompakan suspended barite slurry dengan kapasitas maksimal
e. Bila sumur telah mati, isi annulus dengan lumpur ringan untuk meyakinkan bahwa aliran telah mati.
Tujuan mematikan sumur adalah :
a. Menghentikan semburan liar (Blow Out)
b. Menghentikan aliran karena sumur akan dirawat
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mematikan sumur adalah :
a. Tekanan lapisan produktif
b. Diameter pipa selubung dan kedalaman sumur
c. Diameter pipa produksi dan panjangnya
d. Kedalaman pelubangan
e. Kedalaman penyekat
f. Peralatan bawah tanah lainnya (katup sembur buatan, SSD dan lain sebagainya)
g. Ukuran dan kekuatan kepala sumur
Peralatan yang diperlukan pada waktu mematikan sumur adalah :
a. Cairan pemati (Killing Fluid)
b. Pompa tekan (Killing Pump)
c. Pipa alir cairan pemati
d. Choke Manifold
e. Tanki
f. Flare Stack
g. Manometer
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pekerjaan mematikan sumur adalah :
a. Periksa kondisi Killing Unit (Exhaust, Flame Arrester dan kondisi mesinnya)
b. Setelah jalur terpasang lakukan pengujian sebesar 2x tekanan kepala sumur, ditutup dan ditahan selama 15 menit serta periksa apakah ada kebocoran.
c. Hubungkan Choke Manifold dengan jalur tekan dan jalur ablas/Flare
d. Tempatkan Tanki, Flare dan Killing Unit pada tempat yang aman dan tidak saling berdekatan
Cara mematikan sumur yang akan dikerjakan :
2. Sumur gas/sembur alam dengan penyekat
Tahapan kerjanya adalah :
a. Periksa tekanan sumur TPT/TPC
b. Periksa jalur Kill Line dari silang sembur ke pompa dan dari Cassing Valve ke pompa, lakukan uji Line sampai dengan tekanan 2000 Psi, 10 menit harus baik.
c. Periksa Flame Arresternya, harus aman dari percikan api.
d. Pompakan cairan Kill ke Anulus sampai dengan penuh.
e. Pompakan ke lubang sumur lewat Tubing, Kill Fluid (cairan pemati dengan Spesifik gravity tertentu) bila sumur bertekanan samapai dengan tekanan 0 Psi.
f. Lakukan pengamatan tertutup dan terbuka selama lebih kurang 1 jam.
g. Sumur mati.
3. Sumur sembur alam/gas tanpa penyekat
Tahapan kerjanya adalah :
a. Buat tekanan lawan atau menggunakan Check Valve
b. Lakukan pemompaan denga menggunakan Choke Manifold ke Flare hingga ada sirkulasi atau lubang sampai penuh.
c. Lakukan pengamatan tertutup dan terbuka lebih kurang selama 1 jam atau sampai mati.
4. Sumur sembur buatan (Gas Lift)
Tahapan kerjanya adalah :
a. Mematikan sumur sembur buatan (Gas Lift) dengan penyekat atau tidak pakai penyekat adalah sama dan relatif lebih mudah.
b. Dengan membuang atau ablas gas injeksi ke Flare sampai dengan 0 Psi dan mengisi volume Tubing dan anulus sampai penuh.
c. Lakukan pengamatan
5. Sumur Pompa
Mematikan sumur pompa relatif hanya dengan menggunakan air formasi dari Stasiun Pengumpul, mengisi lubang sumur lewat anulus valve. Tahapan kerjanya adalah :
a. Stop operasi Pumping Unit
b. Ablas tekan dari anulus kalau ada
c. Tutup keranan Flow Line dan buka Check Valve agar air formasi dari Stasiun Pengumpul dapat dimasukkan ke dalam sumur.
d. Kalau sumur sudah mati lakukan pengamatan selama lebih kurang 30 menit

Macam Sumur dan Rig Dalam Perminyakan

Dalam dunia perminyakan, macam-macam sumur terbagi menjadi tiga macam yaitu:

  • Sumur Eksplorasi (Wildcat) merupakan sumur yang dibor pertama kali untuk menentukan keterdapatan minyak dan gas pada lokasi yang masih baru.

  • Sumur Konfirmasi (Confirmation Well), merupakan sumur yang digunakan untuk memastikan apakah hidrokarbonnya cukup untuk dikembangkan. Sumur ini akan dilakukan pemboran di lokasi sekitar sumur eksplorasi.

  • Sumur Pengembangan (Development Well) merupakan sumur yang dibor pada suatu lapangan minyak yang telah ada. Sumur ini memiliki tujuan untuk mengambil hidrokarbon secara maksimal di lapangan yang telah ada.

Dalam hal sumur perminyakan, juga dikenal adanya beberapa istilah mengenai sumur itu sendiri, yaitu:

  • Sumur Produksi, merupakan sumur yang mampu menghasilkan minyak bumi, gasbumi, maupun keduanya. Dan memiliki aliran fluida dari bawah ke atas.

  • Sumur Injeksi, merupakan sumur yang digunakan untuk menginjeksi fluida tertentu ke dalam formasi dan memiliki aliran fluida dari atas ke bawah.

  • Sumur Vertikal, merupakan sumur yang lurus dan memanjang secara vertikal.

  • Sumur Berarah (Deviated Well, Directional Well), merupakan sumur yang secara geometri tidak memiliki bentuk yang lurus vertikal, melainkan dapat berbentuk S, J, maupun L.

  • Sumur Horizontal, merupakan sumur yang memiliki bagian yang berarah horizontal, dan merupakan bagian dari sumur berarah.

Dalam pembuatan sumur dalam dunia perminyakan tidak dapat dilepaskan dari alat yang dinamakan dengan Rig. Rig itu sendiri merupakan serangkaian peralatan khusus yang digunakan untuk membor suatu sumur atau pengakses sumur. Rig itu dicirikan dengan adanya menara yang terbuat dari baja yang dapat digunakan untuk menaikan dan menurunkan pipa-pipa tubular pada sumur.

Berdasarkan lokasinya. Rig itu sendiri terbagi atas dua macam, yaitu:

  • Rig Darat (Land Rig), merupakan rig yang beroperasi di daratan dan dibedakan atas rig besar dan rig kecil. Pada rig kecil biasanya hanya digunakan untuk pekerjaan sederhana seperti Well Service atau Work Over. Sementara itu, untuk rig besar bisa digunakan untuk operasi pemboran, baik secara vertikal maupun direksional. Rig darat ini sendiri dirancang secara portable sehingga dapat dengan mudah untuk dilakukan pembongkaran dan pemasangannya dan akan dibawa menggunakan truk. Untuk wilayah yang sulit terjangkau, dapat menggunakan heliportable.

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme