STUCK PIPE

PROBLEM PEMBORAN
(STUCK PIPE)



II. PIPA TERJEPIT (STUCK PIPE)
Pipa terjepit (stuck pipe) merupakan permasalahan dalam operasi pemboran karena dipengaruhi oleh kondisi lubang sumur serta faktor mekanis. Pipa terjepit secara mekanis disebabkan antara lain : lubang bor runtuh, shale yang mengembang, undergauge hole, junk, green cement dan collapsed casing.

2.1. Pipa terjepit karena runtuhan
Pipa terjepit jenis ini karena dinding lubang bor yang runtuh (caving) yang mengisi annulus antara pipa dan dinding lubang. Dinding lubang runtuh dapat disebabkan oleh :
 Formasi yang kurang kompak dan rapuh (pasir lepas, batu bara, brittle shale)
 Tekanan hidrostatik lumpur yang kecil
 Shale yang sensitive terhadap air.
Runtuhan dari dinding ini akan berkumpul di annulus dan memegang rangkaian bor, sehingga mengakibatkan rangakian bor terjepit.
Tanda telah terjadi runtuhan saat melakukan pemboran adalah :
 Cutting yang keluar bertambah banyak
 Cutting yang keluar besar-besar dan bentuknya pipih
 Tekanan pompa lumpur naik
 Torsi naik
Sebagai tanda telah terjadi pipa terjepit karena runtuhan dinding lubang adalah :
 Rangkaian tidak bisa digerakkan, diputar dan diangkat
 Tekanan pompa naik secara mendadak
Untuk mencegah runtuhnya dinding lubang bor dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Menaikkan tekanan hidrostatik lumpur, supaya dapat menahan dinding lubang supaya jangan runtuh
 Kecepatan aliran di annulus diusahakan jangan terlalu tinggi
 Jenis aliran di annulus harus laminer
 Menggunakan lumpur dengan water loss yang kecil pada saat menembus formasi shale
 WOB diperkecil diwaktu menembus batu bara, dan sering dilakukan reaming











Gambar : Pipa terjepit karena runtuhan
2.2. Pipa terjepit karena Bridge Pack Off
Pipa terjepit yang disebabkan karena lubang bor mengecil. Kejadian ini biasanya terjadi pada formasi shale. Shale yang sensitif air adalah shale yang mempunyai caly jenis natrium monmorillonite. Bridge pack off adalah dinding lubang memegang sekeliling pipa, sehingga pipa tidak dapat diangkat dan diturunkan.
Tanda pipa terjepit karena bridge pack off adalah :
 Torsi naik, karena telah terjadi gesekan dengan dinding lubang
 Tekanan pompa naik, karena aliran lumpur di annulus sudah tertutup
 Rangkaian tidak bisa diangkat.
Untuk mencegah terjadinya pipa terjepit karena bridge pack off adalah :
1. Menggunakan lumpur dengan water loss kecil, kalau bisa menggunakan lumpur yang tidak memiliki water loss, sehingga tidak ada reaksi antara mineral clay dengan air yang dapat mengakibatkan clay mengembang
2. Memakai lumpur calcium lignosulfonate atau lumpur polymer.
3. Menggunakan lumpur bahan dasar minyak.











Gambar : Pipa terjepit karena Bridge Pack Off
2.3. Collapsed Casing
Jepitan ini terjadi bila gaya yang ditimbulkan oleh formasi melebihi collapsed strength dari casing. Hal ini disebabkan oleh kesalahan pada desain casing atau terjadinya korosi yang mengurangi collapsed dari casing.












Gambar : Pipa terjepit karena Collapsed Casing

2.4. Undergauge Hole
Jepitan jenis ini terjadi disebabkan karena pemakaian bit yang sudah terlalu aus dan tidak diganti, sehingga ukuran lubang bor lebih kecil dari seharusnya. Penggunaan bit jenis PDC yang memiliki tingkat kestabilan lubang yang terbentuk dan kemampuan menembus formasi yang tebal.













Gambar : Pipa terjepit karena Undergauge Hole


2.5. Adanya Junk
Jepitan jenis ini terjadi karena adanya bagian-bagian kecil (junk) dari peralatan bawah permukaan (down hole equipment) yang jatuh atau benda-benda kecil dari lantai pemboran yang jatuh sehingga akan meyebabkan drill string terjepit pada saat ditarik ke atas (pulled out).













Gambar : Pipa terjepit karena Junk

2.6. Adanya Green Cement
Jepitan jenis ini terjadi bila drill string menembus semen yang belum mengeras (green cement). Dengan adanya tekanan dari drill string cairan yang ada pada bubur semen akan terdesak keluar sehingga menyebabkan semen akan mengeras lebih cepat. Hal ini mengakibatkan drill string terjepit secara permanent.












Gambar : Pipa terjepit karena Junk

2.7. Key Seating
Pipa terjepit karena key seat terjadi pada saat mencabut rangkaian. Tool joint drill pipe akan menyangkut pada lubang key seat sehingga rangkaian tidak bisa dicabut. Pipa terjepit karena key seat disebabkan karena adanya dog leg. Dog leg adalah lubang bor yang membelok secara mendadak atau dengan kata lain terjadi perubahan sudut kemiringan lubang dan sudut arah lubang secara mendadak. Drill pipe akan mengikis lubang yang bengkok secara mendadak tersebut, sehingga terbentuk lubang yang penampangnya seperti lubang kunci (key seat).













Gambar : Pipa terjepit karena Key Seating









Gambar : Pipa terjepit karena Wellbore Geometry dan Poor Hole Cleaning

Penyebab dog leg bisa diakibatkan karena WOB yang terlalu tinggi, faktor formasi (perubahan kekerasan, kemiringan lubang yang ditembus dan formasi bergoa-goa).



Sebagai tanda telah terjadi pipa terjepit katena key seat adalah :
 Rangkaian tidak bisa diangkat
 Tekanan pompa normal
 Rangkaian masih bisa diputar.

2.2. Metoda dan Alat Pembebas Pipa Terjepit
Ada beberapa metoda yang digunakan antara lain :
1. Metoda tarik dan regang lepas
2. Metoda spotting fluid (perendaman fluida)
3. Metoda surging (pipa U)
4. Metoda pelepasan pipa (back off)

2.2.1. Metoda Tarik dan Regang Lepas
Metoda ini adalah metoda yang harus dilakukan pertama kali pada waktu pipa mengalami stuck. Pada waktu melakukan pull out menarik pipa yang terjepit kita harus memperhitungkan tensile strength drill pipe, agar gaya tarikan yang diterima oleh drill pipe tidak merusak ataupun memutuskan drill pipe tersebut. Selain itu juga kita harus mengetahui kekuatan dari rig yang dipakai, tujuannya untuk menghindari robohnya menara.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan tarikan dan regang lepas yaitu :
1. Perkirakan titk lemah dari rangkaian (biasanya drill pipe dipermukaan, kecuali menggunakan drill pipe yang tidak seragam gradenya).
2. Hitung berat drill string di udara diatas titik lemah (Wsw), Wsw = 0. jika titik lemah berada di permukaan (drill pipe yang digunakan seragam)
3. Tarikan maksimum yang terdiri dari overpull ditambah dengan berat rangkaian yang terlihat pada weight indicator (Wim) dalam pounds, dengan persamaan :
Wim = Wb + Tm + Wsw …………………………………………………. (2-1)
Dimana :
Wb = berat travelling block
Tm = tarikan maksimum

2.2.2. Metoda spotting fluid (perendaman fluida)
Fluida organik biasanya disemprotkan di sepanjang daerah jepitan untuk megurangi ketebalan mud cake dan faktor gesekan. Campuran antara minyak solar dan surfactant adalah fluida yang paling banyak digunakan karena kemampuannya untuk membasahi keliling pipa yang terjepit dan karena itu menciptakan lapisan tipis antara drill pipe dengan mud cake, sehingga akan menurunkan besarnya koefisien gesekan.
Volume fluida yang digunakan untuk merendam pipa yang terjepit adalah :
………………………………………………… (2-2)
Dimana :
VL = volume larutan, bbl
OH = open hole, in
OD = out side drill pipe, in
L = panjang pipa yang terjepit, ft
Prosedur umum yang dilakukan adalah memompakan fluida organic ke dalam drill pipe secara berangsur-angsur dan sejumlah kecil ke annulus sampai seluruh daerah jepitan dapat terendam. Lamanya perendaman 12 jam sampai 24 jam untuk mendapatkan hasil optimum.

2.2.3. Metoda surging (pipa U)
Cara yang umum digunakan untuk mengurangi tekanan hidrostatik lumpur adalah metode pipa U (U - tube). Rangkaian pipa bor dan annulus antara rangkaian dan formasi dianggap sebagai pipa U, dengan pahat sebagai penghubung.
Ada dua kondisi pada saat pengurangan tekanan hidrostatik yaitu tekanan formasi telah diketahui atau tekanan formasi belum diketahui.
Pengurangan tekanan hidrostatik lumpur diperoleh dengan memompakan fluida dengan densitas yang rendah seperti diesel oil ke drillpipe. Maksimum volume minyak atau air yang dipompakan ke drillpipe dapat dihitung dengan
persamaan :

Level fluida yang turun di anulus ketika tekanan formasi seimbang adalah :
Equivalen mud weight adalah :

dimana :
∆FL = fluid level, bbl/ft
Vdp = volume drillpipe, bbl/ft
Vann = volume annulus, bbl/ft
Pp = tekanan pori, psi
Pdpmax = tekanan drillpipe max, psi
ρo = densitas minyak, ppg
ρm = densitas lumpur. ppg
Lst = kedalaman titik terjepit, ft

2.2.4. Metoda pelepasan pipa (back off)
Apabila semua metode diatas sudah dilakukan tetapi hasilnya belum berhasil, maka operasi back off adalah pilihan terakhir yang dilakukan.
Operasi back off mencakup pelepasan bagian pipa yang masih bebas dari lubang bor. Hal ini secara efektif berarti melepaskan rangkaian pemboran pada atau diatas daerah jepitan dan pengangkatan bagian pipa yang masih bebas dari jepitan lubang bor.
Peralatan back off (back off shot) ditempatkan pada tool joint drill pipe yang masih bebas terhadap tension dan torsion. Torsi kekiri dan sedikit tarikan ke atas diatas berat back off (hook load sebelum terjepit dikurangi dengan berat pipa yang terjepit) dilakukan pada titik back off, dan kemudian peralatan back off tersebut dioperasikan. Pipa bisa terbebas dengan cara ini yang diindikasikan dengan turunnya hook load. Pipa kemudian diputar dan ditarik ke atas untuk memastikan keberhasilan back off. Bagian drill pipe yang terjepit, drill collar dan bit yang tertinggal didalam lubang, disebut “fish”.

BOP SISTEM

HAZARDOUS AREA

HAZARDOUS AREA

1. Mengenalkan apa yang dimaksud dengan daerah berbahaya ?
2. Dengan pengenalan itu diharapkan ada pengembangan dan peningkatan kewaspadaan terhadap bahaya, sekaligus merupakan peningkatan usaha pencegahan kerugian akibat kebakaran ?
3. Meningkatkan dan memperkaya wawasan dalam pencegahan kebakaran ?

Definisi :
Daerah berbahaya (hazardous area) :
→ Setiap area dimana ada kecenderungan/kemungkinan besar kepada ancaman kebakaran atau ada peledakan akibat terbakarnya gas, uap atau butiran-butiran minyak.

Topic bahasan :
1. Potensi bahaya
2. Sumber pengapian
3. Klasifikasi zone
4. Peralatan yang dilindungi
5. System deteksi
6. System perlindungan
7. Praktek kerja yang aman
8. Ringkasan

Bahas
1. Potensi bahaya
→ Bahaya-bahaya yang menyatu dalam hazardous area adalah flammable gases maupun maupun liquid. Missal HC bila diberi api akan terbakar atau meledak.
Flammable limit
→ Suatu campuran gas dan udara tidak akan terbakar bila komposisi uap tidak dalam batas flammable range antara Low Flammable Limit (LFL) dengan Upper Flammable Limit.

2. Sumber-sumber pengapian
- Permukaan yang amat panas
- Peralatan listrik yang rusak
- Electro statis, cegah dengan grounding atau bending
- Percikan api
- Penggunaan listrik non standard
- Pekerjaan panas/Hot Work
- Bahan kimia

3. Klasifikasi zone
- Zone 0 : Salah satu daerah dimana terdapat udara yang berbahaya akan ada secara terus-menerus
- Zone 1 : Salah satu daerah dimana terdapat udara yang berbahaya akan timbul setiap saat
- Zone 2 : Salah satu daerah dimana terdapat udara yang berbahaya kemungkinan timbul keadaan yang tidak normal

Contoh :
- Zone 0 : Convined volume (Gaseous phase in avented tank)
- Zone 1 : Burn pit, disposal tube, tank vent, PSE, PSV, sampling or venting valve pump dan compressor gasket were leak
- Zone 2 : Flanges connection, vent and joints of pipe

4. Peralatan yang dilindungi
a. Peralatan listrik yang digunakan di hazardous area harus khusus, disesuaikan dengan zone
b. Tes dan satifikasi peralatan listrik untuk hazardous area adalah oleh pihak berwenang
c. Type perlindungan :
- Dinding tahan nyala
- Non sparking
- Intrinsieally safe, energy listriknya tak mampu membakar atmosfer
- Peralatan bertekanan positif

5. System detektsi
Di offshore, dekatnya jarak antara bahan mudah terbakar dengan sumber panas membutuhkan peringatan lebih dini, pendekatan dipisahkan antara deteksi gas dan api.
a. System deteksi
Insiden pelepasan gas terjadi karena kegagalan operasi (ex : pipa pecah) karenanya gas detector diperlukan untuk mendeteksi pengumpulan gas sebelum suatu tingkat bahaya dicapai.
b. System deteksi api
Proses plant : dilengkapi dengan fasilitas mendeteksi kebakaran, meniadakan bahan bakar dan mengontrol atau memadamkan api.

6. System perlindungan
1. System air
Otomatis atau dikontrol dengan manual. Deluge dan sprinkler (terdiri dari jaringan pipa-pipa dan penyembur).
2. System gas
Dikenal jenis : Hallon 1301, CO2, dan inergen





Jenis api

- Api kelas A
- Api kelas B
- Api kelas C
- Api kelas D


Api terjadi apabila ada 3 unsur
- Adanya panas
- Bahan bakar
- Oksigen

Radiasi → perpindahan panas tanpa perantara (missal : sinar matahari dengan lensa)
Konveksi → perpindahan panas yang diikuti oleh perpindahan partikel (missal : uap air)
Konduksi → perpindahan panas yang diikuti oleh perpindahan partikel (missal : besi yang dipanaskan)
Flash point → the lowest temperature at which liquid gives of enough gas to flash mourentarilly
Fire point → the lowest temperature to produce subtained conduction after the removal of pilot flame
Flammable range → kemampuan benda untuk menyerap panas

Tahapan JRA (job risk assisment)
- Task
- Hazard
- Initial risk
- Control measure
- Residual risk
- Approval

Hazard → sesuatu yang berpotensi menimbulkan bahaya atau kehilangan control
Risk → kombinasi dari kemungkinan x akibatnya
ALARP (as low as reasonably practicable)
LMRA → cost minute resisment
Incident → peristiwa yang terjadi
Accident → peristiwa yang menimbulkan kerugian dan kecelakaan
Anomaly → keadaan dimana kondisi unsafe condition atau unsafe action
Nearmis → hampir celaka dalam bekerja
Fatality → kecelakaan yang menimbulkan kematian
Injury → kecelakaan yang mengakibatkan luka kecil atau ringan
Accident menurut jaman dulu sebelum tahun 1911 → takdir tuhan
Accident menurut teori domino HW. Heinrich (1930-1960)
- Turunan atau lingkungan
- Kesalahan manusia
- Unsafe condition atau unsafe action
- Accident
- Injury

Accident menurut teori domino Frank E. bird (1960 → sekarang)
- Lack control
- Management system
- Immediate causes
- Incident
- Lost
- Basic causes
Unsafe condition terjadi pada era tahun 1911 →1930
Ice berg → fenomena mencairnya gunung es
HSE management system meliputi
- Planning
- Organizing
- Leading
- Controlling
Work permit memiliki tujuan dan dapat dikontrol melalui proses
- Memastikan resiko selama pekerjaan sudah direduksi sampai batas yang dapat diterima
- Memastikan syarat-syarat safety dan operasi kerja
- Memastikan adanya perhatian dari management
- Membuat komunikasi dan kerja sama dalam department
- Memastikan bahwa pekerjaan tersebut mengikuti atau sesuai dengan work permit yang dibuat
Work permit terdiri dari
- Cold work permit
- Hot work permit
Complementary permit yaitu
A. Sertifikat
- Isolation
- Electrical safety procedures
- Gas testing
B. Work permit to specific work

- Entry into confined space
- Lifting operation
- Hot tapping
- Excavation
- Service vessel operation
- Diving
- Ionizing radiation

Copy work permit
- Putih → performing site
- Kuning → operation sumur
- Hijau → site manager
- Ungu → safety
- Biru → control room
Yang menandatangani permit
- Site manager
- Performing authonity
- Operation sumur

Stratigrafi dan sedimentologi penting untuk pemodelan geologi

Stratigrafi dan sedimentologi penting untuk pemodelan geologi, terutama dalam menggambarkan :
1. Dimensi / geometri, distribusi lateral maupun vertical
2. Factor-faktor pengontrol kualitas batuan reservoir atas dasar penciri lithofasiesnya
Sifat-sifat dan karakter reservoir ditentukan berdasarkan :
a. Sifat kimia-fisika mineral batuan
b. Hubungan antar mineral dalam batuan
c. Interaksi antar mineral
d. Interaksi antar mineral dengan fluida dalam batuan
Data pemodelan geologi:
A. Subsurface data (data bawah permukaan)
1. Geophisycal data → merupakan data tidak langsung (Seismic, Log sumuran)
2. Cutting, core, side wall core → merupaka data langsung
B. Surface data: singkapan batuan → merupakan data langsung
mencari reservoir dari data permukaan yang serupa singkapan batuan dilakukan melalui tahapan :
OBSERVASI (Litologi, Geometri, Tekstur, Struktur sedimen, Fosil, Arus purba)
INTERPRETASI (Lingkungan pengendapan, Pelo geografi)
PREDIKSI (Distribusi dimensi/geometri, dan trend batuan reservoir)
BATUAN SEDIMEN
Cara pembentukkan:
a. Batuan sedimen klastik → rombakan
b. Batuan sedimen non klastik
A. Batuan sedimen klastik
Adalah batuan sedimen yang komposisinya didominasi oleh mineral detritus (clast = rombakan) dari proses pelapukan, erosi, transportasi dari batuan yang lebih dulu ada (batuan asal) dan diendapkan dalam suatu cekungan pengendapan.
Komponen batuan sedimen klastik (Butiran, Matriks, Semen, Pore + fluida)
Butiran → material penyusun batuan berukuran rata-rata paling besar.
Matriks → identik dengan butiran berukuran lebih halus, terendapkan bersama butiran mengisi rongga antar batuan.
Semen → mineral-mineral sekunder yang terbentuk dalam pori-pori batuan akibat proses kimiaw / presipitasi, terjadi setelah pengendapan (diagenesa).
TEKSTUR (Merefleksikan proses-proses yang terjadi selama proses sedimentasi berlangsung).
1. Grain size (ukuran butir) dan parameter statistiknya
Ukuran butir diklasifikasikan dengan klasifikasi Wenworth (1922)
a. Konglomerat dan breksi
Ukuran butir rata-rata >2 mm, skala Powers (1953) dapat dipakai membedakan, dominan fragmen bundar → konglomerat, dominan menyudut → breksi.
b. Batupasir
Ukuran butir rata-rata dari 0,0625 – 2 mm, dibagi menjadi 5 batu pasir dimulai dari very find sandstone hingga very coarse sandstone.
c. Batu lempung / serpih, mudstone:
Mudstone mengandung >50% berukuran lanau, dan lempung <0,0625 mm. dalam industry minyak sering disebut serpih atau shale.
Parameter statistic dari analisis gainsize:
a. Interpretasi lingkungan pengendapan dan kondisi aliran (flow condition)
b. Sortasi (standar deviasi)
c. Interpretasi energy pengendapan
d. Porositas dan sortasi
e. Gravel pack design
2. Grain shape (Roundness, Spherecity{Tingkat kedewasaan batuan})
3. Grain surface tekstur
4. Fabric (Orientasi batuan, Contact dan packing, Matrix supported, Grain supported{Proses sedimentasi, Porositas dan permeabilitas})
TEKSTUR MATURITY
Merupakan tingkat kedewasaan batuan dilihat dari tekstur.
Criteria yang digunakan dalam menentukan tekstural maturity batuan sedimen:
1. Jumlah kandungan clay
2. Tingkat kebundaran butiran penyusunan
3. Sortasi
Berdasarkan criteria tersebut dikelompokkan menjadi:
Immature, Submature, Mature, Supermature
Semakin batuan mempunyai tekstural maturity yang tinggi (supermature) semakin bagus porositas dan permeabilitas, karena batuan mempunyai kenampakan well sorted, well rounded dan sedikit bahkan bersih dari matriks.
Jenis shale dan pengaruhnya pada porositas:
Jenis shale : Butiran, Matrix, Semen
Cara identifikasi batuan
1) Identifikasi makroskopik
- Meliputi : jenis batuan, struktur sedimen, urutan vertical, mineralogy, biota, sedimentasi dan porositas dan kuantitas.
2) Identifikasi mikroskopik
- Mikroskopik binokuler untu mengetahui batuan inti dan teras samping.
- Identifikasi petrografi dengan menggunakan mikroskopik polarisasi.


Porositas Sekunder
Factor pengontrol porositas
- Syn-depositional process, meliputi : ukuran butir, bentuk butir.
- Pos-depositional process, meliputi : diagenesa
Diagenesa batuan reservoir meliputi proses :
Kompaksi, Sementasi, Rekistralisasi, Pelarutan, Ubahan
Efek negative diagenesa
- Mengurangi porositas primer yang disebabkan oleh : kompaksi, sementasi, rekistralisasi dan ubahan.
Efek positif diagenesa
- Meningkatkan derajat konektifitas dan nilai porositas, karena kompaksi yang mengakibatkan adanya rekahan dan open styiolite pada batu gamping (dedolomitasi) dan pelarutan.
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Merupakan suatu tempat atau bagian permukaan bumi yang diisi oleh batuan sedimen dengan ciri kondisi fisik, kimia, dan biologis yang dapat dibedakan dengan batuan sedimen di tempat lainnya.
Parameter yang menandai lingkungan pengendapan
- Parameter fisik, meliputi :
Temperature, kedalaman air, arah dan kecepatan arus atau angin, sinar matahari dll.
- Parameter kimia, meliputi :
komposisi air (salinitas), mineralogy.
- Parameter biologi, meliputi :
Binatang, jejak aktivitas binatang.
Tipe lingkungan pengendapan
1. Lingkungan pengendapan continental, meliputi :
Fluvial , Alluvial , Eolin.
2. Lingkungan pengendapan transisi, meliputi :
River dominated delta , Tide dominated delta , Wave dominated delta
3. Lngkungan pengendapan laut
Laut dangkal (Pantai, Tidal, Shelf), Laut dalam (Kipas bawah laut)

peralatan pemboran

1. Crown Block
Memberikan keuntungan mekanik sehingga mempermudah penanganan beban – beban berat.
2. Derrick
Bangunan konstruksi baja yang dibangun di tapak sumur dengan tujuan menyangga posisi katrol, sebagai penahan rangkaian pipa bor, dan untuk pemasangan pipa selubung atau pipa sembur.
3. Elevator
Pemegang rangkaian pipa produksi, pipa bor, atau batang-isap didalam lubang bor agar bias diturun naikkan.
4. Monkey Board
Pelataran tempat pekerja atas bekerja selama operasi cabut masuk.
5. Travelling Block
System kerja bergerak yang dipakai bersama katrol puncak untuk mengangkat atau menurunkan rangkaian pipa bor, pipa selubung, dan lain – lain.
6. Swivel
Peralatan yang dapat berputar bebas, digantungkan pada kait putar dan kerek bor, berfungsi sebagai tempat menggantungkan keli dan rangkaian pipa bor.
7. Kelly
Pipa baja berbentuk segi empat yang menghubungkan swivel dengan pipa bor, berfungsi sebagai penerus putaran dari meja putar ke rangkaian pipa bor.
8. Doghouse
Bangunan kecil yang ditempatkan di dekat lantai pengeboran atau tempat kerja yang dipakai sebagai kantor juru bor dan sebagai tempat penyimpanan barang – barang kecil.
9. Blowout Prevention ( BOP )
peralatan yang dipasang di kepala sumur untuk tujuan pengendalian tekanan di annulus antara pipa selubung dan pipa bor, atau di lubang terbuka sewaktu operasi pengeboran atau penyelesaian sumur supaya tidak terjadi semburan liar.
10. Mud House
Tempat lumpur
11. Mixing Hopper
Tempat pengadukan
12. Pump House
Tempat pemompa
14. Cambination Building
15. Boiler
Ketel uap, untuk menghasilkan uap.
16. Steel Mud Pits
Tangki tempat lumpur pengeboran yang digunakan dalam operasi pengeboran.
17. Settling Tank
Tempat tangki penyelesaian.
18. Desilter
19. Reserve Pit
Bak lumpur tempat menyimpan cadangan lumpur pengeboran.

20. Mud Gas Separator
21. Degasser
22. Manifold
Susunan pipa yang memungkinkan satu aliran dibagi menjadi beberapa aliran, atau yang memungkinkan beberapa aliran menjadi satu aliran.
23. Pipe Ramp ( V-Ramp )
Jalan untuk pipa
24. Drilling Pipe
Pipa pengeboran
25.1 Fuel Tank
Tangki penyimpanan bahan bakar
25.2 Rotary Table
Meja bundar diatas dasar perangkat pengeboran yang dioperasikan oleh tenaga mesin untuk memutar rangkaian pipa bor.
26. Substructure
Bangunan yang menjadi dudukan menara bor, mempunyai ruangan yang dapat digunakan sebagai gudang dan ruang kendali.
27. Prime Mover
28. Desander
Alat dalam system sirkulasi fluida pengeboran yang berfungsi sebagai pembuang pasir, bekerja degan prinsip memisahkan pasir dengan gaya sentrifugal didalam suatu siklon tempat fluida berputar.

SPESIFIKASI LPG dan PENCEGAH KEBAKARAN

SPESIFIKASI LPG

ELPIJI (Liquide Proteleum Gas) adalah gas yang dihasilkan Kilang BBM dan Kilang Gas (LNG Plant). Komponen LPG sebagian besar terdiri dari gas. berikut ini : Gas Butana (C 4 H 10 ) dan gas Propana (C 3 H 8 ) ± 99% Dan selebihnya gas Pentana (C 5 H 12 ) 1% Berat Jenis (lebih besar dari udara) 2.01x BJ Udara Tekanan uap gas Elpiji cair dalam tabung/ tangki 5.0 s/d 6.2 kg/cm

Elpiji adalah gas yang tidak berwarna, gas yang sangat mudah terbakar dengan bau yang khas.

Elpiji digunakan untuk kebutuhan rumah tangga yaitu untuk kompor Elpiji/kompor gas elpiji. Dalam jumlah yang besar elpiji juga digunakan untuk bahan bakar pada Industri dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor yang bermesin bensin, baik mesin dua langkah atau empat langkah terutama kendaraan transportasi umum. Dan secara ekonomis Elpiji cair mempunyai volume 2 x premium, sangat ramah lingkungan dan aman.

Tabel 2.1
Spesifikasi Elpiji Campuran


Description Min Maks
1. Specific Gravity at 60/60 ° F To be reported
2. Vapour pressure 100 ° F psig - 120
3. Weathering test at 36 ° F Vol 95 %
4. Copper Corrosion 1 hrs 100 ° F ASTM No.1
5. Total Sulphur, grains/100 cuft -
6. Water content No/free of water
7. Komposisi : D-2163 Test
• C2 % vol - 0.2
• C5 + (C5 and heavier ) vol 97.5 % -
8. Ethyl or Buthyl mercaptan added ml/100 AG 50


Identifikasi Bahaya Kebakaran di Hydrogen Plant
Fungsi utama kegiatan hydrogen plant adalah mengurangi atau menghilangkan impurities yang ikut bersama minyak bumi atau fraksinya dengan proses hidrogen yang dihasilkan di hydrogen plant. Berdasar analisa potensi


bahaya secara umum, maka kondisi penyebab bahaya adalah sebagai berikut :
- Kebocoran pipa inlet bisa membuat penyebaran hidrogen mencapai komposisi
flammable range.
- Ada panas berlebih saat pemanasan feed secara terus-menerus pada furnace
hydrogen plant hingga mencapai titik didih.
- Tekanan tidak stabil pada tube reformer.
- Hubungan arus singkat pada instalasi listrik.

Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran berdasar jenis bahan bakar. Tujuan pengklasifikasian kebakaran ini adalah untuk mempermudah usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran dengan memilih media pemadaman yang berdaya guna cepat dan tepat sesuai jenis kebakaran. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.04/MEN/1980 tentang syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan, klasifikasi kebakaran dibagi atas :
1. Kelas A
Kebakaran bahan padat kecuali logam. Kelas ini mempunyai
ciri jenis kebakaran meninggalkan arang dan abu. Aplikasi media
pemadam yang cocok adalah air. Karena prinsip kerja air dalam memadamkan
api adalah menyerap kalor/panas dan menembus sampai bagian yang dalam.

2. Kelas B
Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar. Kelas ini terdiri
unsur bahan mengandung hidrokarbon produk minyak bumi dan turunan kimianya.
Aplikasi media pemadam cocok untuk bahan cair adalah bahan jenis busa.
Prinsip kerja busa dalam memadamkan api adalah menutup permukaan. Aplikasi
media pemadam cocok untuk bahan gas adalah jenis bahan pemadam yang bekerja
atas dasar substitusi oksigen dan memutus rantai berantai, yaitu jenis
tepung kimia kering atau gas CO2.

3. Kelas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Aplikasi media pemadam cocok
untuk kelas C adalah bahan jenis kering yaitu jenis tepung kimia kering, gas
CO2.

4. Kelas D
kebakaran logam, pada prinsipnya semua benda dapat terbakar termasuk
logam, hanya tergantung pada nilai titik nyala. Kebakaran logam memerlukan
pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur sangat tinggi pula.
Aplikasi media pemadam cocok untuk bahan logam adalah tepung kimia khusus
untuk memisahkan atau menyelimuti bahan bakar dengan udara.

Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di Hydrogen Plant

Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran. Adapun tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1. Bentuk Proteksi Kebakaran di Hydrogen Plant
Steam uap air yang terdapat pada setiap sirkulasi pada
furnace berguna untuk mengurangi kadar oksigen di udara pada saat
terjadi kebakaran.
Line N2 Purging berguna mengusir sisa kebocoran hidrogen
supaya terdorong ke flaring. Alat proteksi tetap seperti hydrant, gun
monitor, dan hose reel.
2. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
Unit Hydrogen Plant dilengkapi sistem yang mampu
menggantikan tenaga manusia untuk mengawasi bahaya kebakaran. Apabila
sistem ini menemukan gejala bahaya kebakaran maka akan bekerja
secara otomatis memberikan tanda.
a. Motor Protection Relay (MPR)
Alat ini berfungsi untuk pengamanan motor dari gangguan yang
disebabkan kelebihan dan ketidakseimbangan arus dan tegangan rendah.
b. Alarm System
Facility Alarm System (FAS) tersedia di :
b.1. Fire Station
- Fire Alarm Control
Alat ini terhubung dengan pull down system untuk
mengetahui lokasi kejadian.
- Fire Alarm Annuciator Panel
Alat ini terhubung dengan gas detector untuk
mengetahui tingkat bahaya.
- Motor Sirene dan ITS Control
Alat ini berfungsi memberitahukan ke seluruh unit
bahwa terjadi keadaan darurat, kegagalan tenaga atau
kondisi sudah aman.
- Telephone Alarm System
Sistem komunikasi yang berfungsi memberitahukan
kepada unit bagian,personel TBKD untuk meminta bantuan
pertolongan keadaan darurat.

b.2. Hydrogen Plant
- Manual Fire Alarm Swicth (Pull Down System)
Alat ini difungsikan oleh bagian operasi di unit bila terjadi kebakaran dan akan terhubung dengan fire alarm control.
3. Perlengkapan Pemadaman dan Penanggulangan Kebakaran.
a. Instalasi Tetap
Perlengkapan terpasang di tempat meliputi peralatan pemadam dengan menggunakan air seperti fire waterstorage, fire water pump, fire water distribution serta peralatan proteksi kebakaran seperti hydrant, gun monitor, dan hose reel.
b. Instalasi Tidak Tetap
Sistem pemadaman dipasang di tempat harus dilengkapi pula dengan alat pemadam kebakaran yang bisa dioperasikan langsung sesuai jenis kebakaran dan besarnya api atau disebut instalasi tidak tetap.
Beberapa jenis instalasi tidak tetap yang tersedia adalah sebagai berikut; APAR, wheeled type, portable fire pump, fire truck.
4. Sarana Evakuasi
a. Tempat Berkumpul Sementara (Assembly Point)
Lokasi tempat tujuan pertama berkumpul sementara pada saat dilaksanakan tindakan evakuasi. Tempat ini ditandai dengan segitiga sama sisi bertuliskan huruf "A" ditengah.
b. Tempat Berkumpul Utama (Master Area)
Lokasi ditentukan sebagai tempat berkumpul utama (pusat) guna menampung para pengungsi berasal dari assembly point atau dari tempat lainnya. Tempat ini ditandai dengan bendera hijau segi empat bertuliskan huruf "M" ditengah.
5. Regu dan Petugas Pemadam Kebakaran
Petugas pemadam kebakaran siap siaga sangat membantu penyelamatan harta, kekayaaan dan jiwa sebagai akibat kebakaran. Petugas pemadam kebakaran siap siaga di fire station dalam waktu 24 jam dapat difungsikan setiap saat seawal mungkin apabila terjadi kebakaran atau keaadaan darurat lainnya. Petugas kebakaran yang berada di fire station terbagi menjadi empat regu shift yaitu shift A, B, C, dan D beranggotakan minimal 6 orang dengan giliran waktu kerja :
Siang : Pkl. 08.00-16.00 wib
Sore : Pkl. 16.00-24.00 wib
Malam : Pkl. 00.00-08.00 wib
6. Latihan Pemadaman Kebakaran
Petugas pemadam kebakaran tidak dipilih atas pengalaman, melainkan dibentuk dan dibina melalui program latihan meliputi pendidikan teori, latihan mental dan jasmani serta praktek penanggulangan kebakaran. Fire station PT. Pertamina (Persero) UP-VI mengadakan latihan di fire ground di bagi atas.
7. Latihan Rutin
Pelatihan ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan regu pemadam kebakaran dalam penggunaan alat dan teknik penanggulangan kebakaran dan keadaan darurat. Latihan dilakukan setiap minggu sekali yaitu pada hari Selasa pukul 14.00 WIB di fire ground UP-VI Balongan. Pelaksanaan sesuai shift kerja.
1. General Emergency Drill
Latihan melibatkan seluruh personel unit kerja dilaksanakan minimal satu kali setahun secara terencana, terkoordinasi dan mencakup semua aspek terkandung di dalam pedoman penanggulangan keadaan darurat.
2. Inspeksi
Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan PT. Pertamina (Persero) UP-VI Balongan bertujuan untuk mencegah terjadi bahaya kecelakaan, kerusakaan lingkungan dan bahaya kebakaran serta peledakan, antara lain adalah :
- Inspeksi Rutin
Pelaksanaan inspeksi rutin tidak dijadwalkan maka tingkat keberhasilan ditentukan oleh kejelian dan kemampuan pelaksana inspeksi tersebut sehingga rekomendasi dapat dilaksanakan untuk perbaikan lingkungan tempat kerja.
- Inspeksi Periodik
Inspeksi periodik dilaksanakan berdasarkan jadwal telah ditentukan sehingga dalam pelaksanaan lebih terarah karena dipersiapkan dengan matang, dilakukan dua kali setahun yaitu, inspeksi jangka enam dan dua belas bulan.
- Inspeksi Insidentil
Inspeksi ini dilaksanakan pada saat tertentu dimana diperlukan pemeriksaan oleh petugas keselamatan.

PROBLEM PEMBORAN (LOST CIRCULATION)

I. LOST CIRCULATION

Lost circulation adalah hilangnya semua atau sebagian lumpur dalam sirkulasinya dan masuk ke formasi. Berdasarkan keadaan lost circulation dapat dibagi dua, yaitu :

Ø Partial Lost yaitu bila lumpur yang hilang hanya sebagian saja dan masih ada lumpur yang mengalir ke permukaan.

Ø Total Lost, yaitu hilangnya seluruh lumpur dan masuk kedalam formasi.

1.1. Penyebab Lost Circulation

Penyebab lost circulation adalah adanya celah terbuka yang cukup besar di dalam lubang bor, yang memungkinkan lumpur untuk mengalir kedalam formasi, dan tekanan didalam lubang lebih besar dati tekanan formasi. Celah tersebut dapat terjadi secara alami dalam formasi yang cavernous, fracture, fissure, unconsolidate, atau tekanan terlalu besar.

1.1.1. Formasi Natural Yang Dapat Menyebabkan Lost

Walau formasi yang menyebabkan lost circulation tidak diketahui secara nyata, namun dapat dipastikan bahwa formasi tersebut mesti berisi lubang pori yang lebih besar dari ukuran partikel lumpur. Hal ini ditunjukkan dalam banyak kasus bahwa phase solid dari lumpur tidak akan masuk ke pori dari formasi yang terdiri dari clay, shale dan sand dengan permeabilitas normal.

Formasi yang mempunyai formasi alami cukup besar untuk mengalirkan lumpur adalah :

a. Coarse dan Gravel yang mempunyai variasi permeabilitas

Studi menunjukkan bahwa formasi memerlukan permeabilitas yang besar untuk dimasuki lumpur. Permeabilitas yang besar ini dapat terjadi pada shallow sand dan lapisan gravel. Formasi yang berkonsolidasi dengan baik, dapat menyebabkan keguguran dinding sumur yang membentuk gua-gua. Hal ini dapat terjadi karena tekanan overburden arat berat rig.

b. Breksiasi

Breksiasi terjadi karena adanya earth stress yang menghasilkan rekahan. Rekahan yang terjadi dapat menyebabkan lost circulation.

c. Cavernous atau vugular formation

Pada prinsipnya zona cavernous atau vugular terjadi pada formasi limestone. Pada formasi limestone, vugs dihasilkan oleh aliran yang kontinyu dari air alami, yang menghancurkan bagian dari matriks batuan menjadi encer dan larut. Ketika formasi ini ditembus, lumpur akan hilang ke formasi dengan cepat. Volume lumpur yang hilang tergantung pada derajat vugs yang saling berhubungan, sedangkan cavernous dapat terjadi karena pendinginan magma.

d. Cracked dan fracture

Lost circulation juga terjadi jika formasi terjadi cracked dan adanya fracture. Selain itu juga terjadi di depleted zone. Depleted sand sangat potensial untuk terjadinya lost, karena jika formasi produktif dalam lapangan yang sama menyebabkan tekanan subnormal akibat produksi dari sumur sebelumnya (sumur pengembangan). Dalam kasus ini, berat lumpur yang diperlukan untuk mengontrol tekanan formasi yang lebih dangkal, mungkin terlalu tinggi untuk lapisan sand dibawahnya, akibatnya lapisan sand menjadi rekah dan akan dimasuki lumpur.


Apakah Alien atau UFO akan menyerang bumi


Apa benar Alien atau UFO itu ada apa mereka mau menyerang bumi atau hanya ingin melihat peradaban manusia saja ? atau jangan-jangan karangan tentang Alien itu hanya untuk menutupi sebuah kasus/kejadian/penemuan besar saja, contohnya kasus/kejadian/penemuan yang di buat oleh USA "Amerika".

di alquran kan ada yang jelasin gene ayatnya:

"dan telah kuciptakan jin dan manusia"

nah berarti yang diciptakan oleh tuhan adalah jin sama manusia duank...
nah klo jin, kan gak kliatan krna bersifat gaib...

jangan mo ditipu oleh negara di "seberang" sana...
pemerintahnya saja menipu rakyat nya sendiri sperti dalam kasus (9/11)... apalagi kita....

Jepara bukan jalur gempa

SEMARANG - Ramalan Mama Laurent yang sempat menghebohkan warga Jepara, tentang prediksi adanya kura-kura raksasa yang minta ’dimandiin’, semestinya tidak disikapi secara serius. Terlebih, secara geografis, Jepara bukan jalur gempa.

Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jawa Tengah, M Chaeran, menegaskan, tsunami tidak pernah bisa diramalkan jauh hari. Namun, dapat diprediksi jika terjadi gempa berkekuatan tinggi, yakni lebih dari 6,3 Skala Richter, dan pusat gempa di laut dengan kedalaman yang terhitung dangkal, sekitar 10 kilometer dari permukaan air laut.

”Di jalur utara sendiri, seperti Jepara, Kota Semarang, Kendal, dan lainnya, relatif aman dari tsunami. Bukan saja karena wilayah utara tidak merupakan jalur gempa, tapi potensi kekuatan gempa relatif rendah. Paling-paling hanya 4 Skala Richter. Itu pun di kedalaman 100 kilometer,” beber dia, kepada Wawasan pagi tadi.

Berbeda dengan wilayah selatan Jawa, di mana merupakan jalur gempa yang biasanya berkekuatan tinggi. Sehingga, potensi terjadinya tsunami pun besar. Apalagi, dari pengalaman yang ada, pusat gempa berada tidak terlalu dalam dari permukaan air laut.

”Tapi, di Jepara dan sekitarnya, gempa paling-paling terjadi sekali, dengan kekuatan yang relatif kecil. Sehingga, cenderung tidak menimbulkan tsunami. Karena itu, kami berharap agar warga tidak risau dengan isu ramalan yang dilontarkan pihak tertentu," tegas Chaeran.

Ditambahkan, yang terjadi di kawasan utara Jawa belakangan ini hanya bertambahnya tinggi permukaan air laut atau rob, dengan rata-rata kenaikan 0,3 cm. Ini disebabkan arus air laur bergerak dari timur ke barat, yang memanjang dari Jawa Timur ke Jawa Barat.

"Rob di Jepara pun sama dengan rob di Kota Semarang maupun Kendal. Karena melalui Selat Bali, maka arus laut bergerak dari timur ke barat. Memang, selama pancaroba ini hujan masih sering muncul, dengan disertai angin kencang dan petir. Tapi, bukan berarti itu pertanda akan adanya tsunami," urai dia.

Seperti diberitakan, warga Jepara dihebohkan dengan ramalan dari Mama Laurent, tentang seekor kura-kura raksasa di salah satu kota di Jateng minta "dimandiin ". Pernyataannya itu kemudian diinterprestasikan beragam oleh masyarakat Jepara. Sebab kura-kura raksasa itu diyakini sebagai bangunan aquarium kura-kura yang berada di kompleks wisata Pantai Kartini Jepara.

Kata minta "dimandiin" ini oleh sebagian warga ditafsirkan sebagai bakal terjadi bencana tsunami. Tafsir itu pun berkembang dan berubah menjadi isu yang kuat dalam beberapa pekan terakhir, bahwa tsunami benar-benar bakal terjadi nantinya.

Datangkan ahli
Dampak ramalan Mama Laurent tentang kemungkinan adanya tsunami, tampaknya benar-benar menimbulkan "gelombang tsunami" bagi warga Jepara. Kekhawatiran yang cenderung menimbulkan kepanikan tersebut bahkan memaksa Pemkab Jepara merasa perlu mengambil sikap untuk meredakannya. Melalui Bakesbanglinpol (Badan Keselamatan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Politik), Pemkab Jepara berencana mendatangkan ahli dari BMG dan departemen terkait.

Kepala Bakesbanglinpol, Soenarto SH, Rabu (22/4) menyatakan pihaknya perlu memberi penjelasan secara teknis kepada masyarakat terkait merebaknya kecemasan mengenai bencana tsunami. Agar masyarakat benar-benar memahami dan mempercayai penjelasan teknis tersebut pihaknya merasa perlu mendatangkan ahli tsunami dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah itu.

"Kami sudah menelepon BMG pusat. Secepatnya kami akan mengirimkan surat untuk bisa mendatangkan ahli yang bisa menjelaskan mengenai masalah ini. Kami tidak memiliki orang yang benar-benar mendalami soal tsunami, makanya harus didatangkan orang yang berkompeten, sehingga masyarakat percaya dengan penjelasan teknis mengenai hal ini," ujar Soenarto.

Soenarto sendiri menyatakan, secara pribadi dirinya tidak percaya dengan apa yang disampaikan Mama Laurent. Ramalan seperti itu menurutnya hanya sebatas ramalan, yang bisa terbukti atau tidak sama sekali. Semua yang akan terjadi menurutnya hanya Tuhan yang mengetahuinya. Ramalan tersebut diakuinya telah memberi dampak dalam kehidupan masyarakat Jepara, khususnya yang tinggal di wilayah pesisir pantai.

Soenarto selanjutnya menyatakan, Pemkab dalam hal ini hanya akan mengajak masyarakat untuk berpikir secara logis dan tetap berdasarkan pada agama. Terhadap adanya informasi akan dilakukannya kegiatan ruwatan terhadap bangunan kura-kura tersebut, Soenarto menampiknya.

Pemkab menurutnya tidak akan mengambil langkah-langkah berbau musyrik yang menyimpang dari ajaran agama.

Namun begitu, kesibukan justru terjadi di salah satu shelter di kompleks bangunan kura-kura raksasa di Pantai Kartini Jepara. Sejumlah pegawai Dinas Pertamanan terlihat sibuk memasang lampu yang sebelumnya dibiarkan tak terurus di kawasan itu. Mereka menyatakan tengah menyiapkan lampu penerangan untuk kegiatan selamatan yang akan digelar pada Kamis (23/4) malam ini. Bahkan menurut mereka, Bupati Jepara Drs Hendro Martojo sendiri akan hadir dalam kegiatan tersebut.

Dari warga yang tinggal di sekitar lokasi, juga menyebutkan sebelum ini sudah tiga kali dilakukan selamatan di sekitar lokasi bangunan kura-kura. Menurut mereka, kegiatan tersebut dilakukan oleh pihak pengelola Pantai Kartini, yang berada di bawah kordinasi Dinas Pariwisata Jepara.

Dari Yogya dilaporkan, tsunami dipicu oleh gempa di dasar samudera. Dan, merunut sejarah geologinya, tidak pernah terjadi gempa di pantura Jawa yang kemudian menimbulkan tsunami. Karena itu, sangat kecil pula kemungkinan terjadi tsunami di Jepara.

"Masyarakat tidak perlu resah. Kalau untuk pantura, paling yang perlu diwaspadai kemungkinan terjadi rob. Itu pun kalau Jepara juga kecil kemungkinannya," tutur pakar kegempaan geologi UGM Dr Subagyo, kepada Wawasan, Kamis (23/4) pagi tadi.

Merunut sejarah geologi, lanjut Subagyo, satu-satunya peristiwa gempa besar di dasar laut, di wilayah pantura, hanya pernah terjadi di daerah Lasem sekitar tahun 1890-an. "Kalau pun akan terulang, membutuhkan waktu 150-200 tahun lagi," paparnya.

Mengingat kondisi pantai di Jepara yang relatif tidak melandai, tapi langsung kedalaman, Subagyo pun menegaskan, kalau pun terjadi rob pasti hanya kecil-kecilan. "Tidak akan sampai menimbulkan bencana hebat," paparnya lebih jauh.

gunung es menangis


Pencairan gunung es pada umumnya tidaklah jauh berbeda yang berada di kutup utara atau di kutup selatan, namun pemandangan yang muncul pada lapisan es di Austfonna yang terletak di Nordaustlandet di Kepulauan Svalbard, Norwegia sangatlah menakjubkan, seakan bongkahan gunung es tersebut berwujud paras wajah wanita yang menangis sedih, dan terus mengeluarkan air mata yang bermuara dilaut. Subhanallah.. Maha Suci Engkau ya Allah atas pertanda-pertanda yang Engkau tunjukkan.

Gambar "ibu bumi" yang menangis itu diambil seorang fotografer angkatan laut dan dosen lingkungan hidup Michael Nolan dalam sebuah pelayaran tahunan untuk mengamati gletser di Austfonna yang merupakan area lapisan es terbesar kedua di Eropa setelah Vatnajvkull di Islandia dan tergolong ketujuh tersebesar di dunia.

alat - alat pemboran

BAB III
ALAT DAN FUNGSI
3.1 Alat – Alat Yang Tersedia
Berikut adalah alat – alat yang tersedia di Taman Bramantya, yaitu :


3.1.1 Rig Konvensional

Fungsinya :
Sebagai sarana untuk pengeboran, tempat berlangsungnya titik pengeboran dan berfungsi untuk menyangga posisi peralatan pemboran.



3.1.2 Mini Warehouse

Fungsinya :
Sebagai sarana penyimpanan barang – barang yang diperlukan untuk pengeboran,baik peralatan utama maupun peralatan pendukung.

3.1.3 Bit (mata Bor)

Fungsinya :
Berfungsi untuk menghancurkan dan menembus lapisan batuan yang bersifat lunak atau mudah dihancurkan. Bit ini memiliki gerigi yang tajam dengan tujuan agar lebih mudah menembus lapisan batuan.

3.1.4 Centralizer

Fungsinya :
Fungsinya untuk menempatkan casing tepat ditengah saat menurunkan/memasukan casing kedalam lubang pemboran,agar pada saat cementing dinding formasi akan rata tidak berlebihan dinding satu dengan dinding formasi sampingnya.


3.1.5 Gas Separator

Fungsinya :
Separator digunakan untuk memisahkan fluida sumur ke dalam fasa cair dan gas. Separator vertikal biasanya banyak di gunakan di lapangan separator ini digunakan apabila gas dan cair bercampur dengan pasir.

3.1.6 Chrismas Tree

Fungsinya :
Fungsi dari chrismas tree adalah untu megatur laju aliran produksi selama operasi pemboran
3.1.7 Casing

Fungsinya :
fungsi utama casing adalah mempertahankan lubang bor sehingga tidak gugur serta melindungi lingkungan dari pengaruh fitrat lumur pemboran yang lolos dari sekitar lubang.

3.1.8 Sucker Rod (pompa Reda)

Fungsinya :
Berfungsi sebagai pompa buatan yang digunakan untuk menaikan fluida yang ada di dalam sumur untuk naik ke atas permukaan.


3.1.9 Packer

Fungsinya :
Berfungsi sebagai sekat untuk memisahkan antara tubing dengan casing/lapisan atas dengan lapisan bawah.Dan untuk mencegah aliran di sepanjang annulus casing-tubing.

3.1.10 Drill Collar

Fungsinya :
Sebagai pemberat yang di letakan diatas bit agar drill string tidak melengkung.

3.1.11 Screen Liner

Fungsinya :
menyaring pasir yang masuk ke dalam sumur produksi untuk menjaga tekanan di bawah permukaan pada saat pemboran.

3.1.12 Fitting Pipe

Fungsinya :
Berfungsi untuk menyambung pipa, dan dilengkapi dengan control valve yang berfungsi untuk mengatur laju aliran fluida.

3.1.13 Manifold

Fungsinya :
Berfungsi untuk mengatur atau menyatukan fluida-fluida yang ada pada eksmestree (christmas tree) baik MIGAS atau pun uap panas,serta dapat sebagai saluran pada saat kick.

3.1.14 Brush Cleaner

Fungsinya :
Berfungsi untuk membersihkan pipa apabila pipa dalam keadaan kotor dengan tujuan perawatan alat-alat agar tidak cepat rusak.

3.1.15 Detroit Diesel

Fungsinya :
Berfungsi untuk menghasilkan listrik yang diperlukan selama proses pemboran dilakukan.

sand oil

Oil sands, also known as tar sands, or extra heavy oil, is a type of bitumen deposit. The sands are naturally occurring mixtures of sand or clay, water and an extremely dense and viscous form of petroleum called bitumen. They are found in large amounts in many countries throughout the world, but are found in extremely large quantities in Canada and Venezuela.[1]

Oil sands reserves have only recently been considered to be part of the world's oil reserves, as higher oil prices and new technology enable them to be profitably extracted and upgraded to usable products. Oil sands are often referred to as unconventional oil or crude bitumen, in order to distinguish the bitumen and synthetic oil extracted from oil sands from the free-flowing hydrocarbon mixtures known as crude oil traditionally produced from oil wells.

liburan Semester 2

wah g kerasa nie...udah satu tahun gw kuliah..cepet banget q rasa....
perasaan baru kemarin di OSPEK ma senior sekarang malah mau ngospek...hehehehe

liburan 3 bulan enaknya kemana yaw,,,biggung...

Gas Lift, Waterflood & Natural Flowing Well


Gas lift well (metode Artificial Lift - satu level dengan pompa sucker rod, ESP, PCP, Plunger Lift, etc) & Waterflood system adalah cara exploitasi minyak karena tekanan alamiah sumur (natural flowing well) sudah tidak mendukung untuk mengalirkan fluida ke permukaan tanah. Berikut gambar perbedaan antara gas lift, waterflood & natural flowing well :

Pekerjaan Stimulasi (Fracturing)

Apakah tujuan stimulasi ? 

Stimulasi (stimulation) adalah proses mekanikal dan/atau chemical yang ditujukan untuk menaikan laju produksi dari suatu sumur. Metode stimulasi dapat dikategorikan tiga macam yang semuanya memakai fluida khusus yang dipompakan ke dalam sumur. 

Pertama, wellbore cleanup. Fluida treatment dipompakan hanya ke dalam sumur, tidak sampai ke formasi. Tujuan utamanya untuk membersihkan lubang sumur dari berbagai macam kotoran, misalnya deposit asphaltene, paraffin, penyumbatan pasir, dsb. Fluida yang digunakan umumnya campuran asam (acid) karena sifatnya yang korosif. 

Yang kedua adalah yang disebut stimulasi matriks. Fluida diinjeksikan ke dalam formasi hidrokarbon tanpa memecahkannya. Fluida yang dipakai juga umumnya campuran asam. Fluida ini akan “memakan” kotoran di sekitar lubang sumur dan membersihkannya sehingga fluida hidrokarbon akan mudah mengalir masuk ke dalam lubang sumur. 

Teknik ketiga dinamakan fracturing; fluida diinjeksikan ke dalam formasi dengan laju dan tekanan tertentu sehingga formasi akan pecah atau merekah. Pada propped fracturing, material proppant (mirip pasir) digunakan untuk menahan rekahan formasi agar tetap terbuka. Sementara pada acid fracturing, fluida campuran asam digunakan untuk melarutkan material formasi di sekitar rekahan sehingga rekahan tersebut menganga terbuka. Rekahan ini akan menjadi semacam jalan tol berkonduktivitas tinggi dimana fluida hidrokarbon dapat mengalir dengan lebih optimum masuk ke dalam sumur.

Minyak Dunia – Kapan habis ?

Perhitungan angka habisnya minyak ini akan saja selalu salah, siapapun yg menghitung, serta apapun metode yg dipergunakan. Namun saya sendiripun cenderung akan tetep mengatakannya bahwa minyak bisa habis tapi kita tidak mungkin memperkirakannya, kalau ditanya. Bukan apa-apa, tetapi saya lebih berpikir bahwa angka-angka inilah yg memacu utk diketemukannya lapangan-lapangan baru. “Feedback Proccess” dalam “supply and demand” didalam kebutuhan energi ini akan selalu saja terjadi.

Proses melarnya cadangan minyak ini memang bisa saja dianggap seperti mengukur panjang karet gelang, akan selalu bertambah panjang kalau dipaksa direntangkan. Namun akan memiliki panjang maksimum sebelum putus secara mendadak. Tuss !
Tentunya skenario ini akan sangat-sangat berbahaya, kalau tidak disadari dan dipersiapkan. Minyakbumi diperkirakan masih akan mendominasi energi hingga 2050. Namun ini kalau segalanya berjalan seperti adanya saat ini. Energi alternatip diperkirakan akan mulai masuk sekitar 2020. Namun masih belum tentu juga karena pengembang energi alternatip ini juga perusahaan pemilik cadangan-cadangan migas. Perusahaan engembang energi ini tentunya akan mencoba mengulur-ulur waktu supaya cadangan migas yg dimilikinya tidak “basi” karena munculnya energi alternatif (energi substitusi).
Skenario lain adalah substitusi, munculkan energy resources sejenis yg mengisi kebutuhan energi selain minyak bukan dari explorasi didalam bumi. Misalnya biodiesel yg akan dibangun secara besar-besaran di Singapore oleh Archer Daniels yg dilansir Jakarta Post beberapa waktu lalu, di Indonesia SBY juga barusaja mencanangkan hal itu. Kalau ini terjadi tentunya Singapore sebagai exportir BBM akan terjadi, yakin CPOnya malah bisa jadi disuply dari Indonesia deh. Perlu diingat bahwa bergesernya batubara dalam mendominasi kebutuhan energi buakn diakibatkan oleh habisnya batubara, namun disebabkan oleh munculnya energi substitusinya yaitu minyak bumi. Minyakbumi ini langsung “lock in”, terkunci, dengan segala bentuk mesin-mesin diesel, mesin bakar (combustion) sebagai penggerak mekanik.

PERTAMINA MULAI TETAPKAN TEKNOLOGI EOR

PT Pertamina EP akan mulai menetapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) pada sembilan lapangan minyaknya pada tahun ini. Hal ini dilakukan berdasarkan persetujuan yang telah diberikan BP MIGAS. Demikian diungkapkan Direktur Utama Pertamina Ari Soemarmo dalam paparannya di depan Komisi VII DPR RI. Rabu (27/06). 

Sembila lapangan tersebut adalah Rantau (water flooding), Kendali Asam (Water Flooding), Talang Jimar (Water Flooding), Limau Q-51 (Chemical Flooding), Kawengan (Water Flooding), Nglobo (Water Flooding), Bunyu (Water Flooding), Sangatta (Water Flooding) dan Tanjung (Water Flooding).

Pembuangan Limbah B3 (Disposal)

Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan teknologi yang tersedia harus berakhir pada pembuangan (disposal). Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug) dan disposal well (sumur pembuangan). Di Indonesia, peraturan secara rinci mengenai pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) melalui Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: (1) secured landfill double liner, (2) secured landfill single liner, dan (3) landfill clay liner dan masing-masing memiliki ketentuan khusus sesuai dengan limbah B3 yang ditimbun.

Dimulai dari bawah, bagian dasar secured landfill terdiri atas tanah setempat, lapisan dasar, sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem pengumpulan dan pemindahan lindi (leachate), dan lapisan pelindung. Untuk kasus tertentu, di atas dan/atau di bawah sistem pengumpulan dan pemindahan lindi harus dilapisi geomembran. Sedangkan bagian penutup terdiri dari tanah penutup, tanah tudung penghalang, tudung geomembran, pelapis tudung drainase, dan pelapis tanah untuk tumbuhan dan vegetasi penutup. Secured landfill harus dilapisi sistem pemantauan kualitas air tanah dan air pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui apakah secured landfill bocor atau tidak. Selain itu, lokasi secured landfill tidak boleh dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia dan habitat di sekitarnya.

Penanganan Limbah B3

Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.

Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.

Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Namun, kita dapat merujuk peraturan pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbagak harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.

LIMA PERUSAHAAN ASING MULAI STUDI BLOK MIGAS DI INDONESIA TIMUR

Lima perusahaan asing mulai melakukan studi bersama potensi sejumlah lapangan minyak dan gas di wilayah Indonesia Timur. Mereka akan mengikuti lelang penawaran langsung terhadap lapangan-lapangan tersebut tahun depan.

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Direktorat Jenderal Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R Priyono mengungkapkan hal itu kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (26/12).

Kelima perusahaan meliputi ExxonMobil, Chevron, Amerada Hess, CNOOC dan Essar. Menurut Priyono, perusahaan-perusahaan tersebut melakukan studi bersama dengan menggandeng mitra lokal. Beberapa lembaga pendidikan seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Pajajaran dan UPN Yogyakarta juga dilibatkan.

Priyono mengatakan, pemerintah rencananya akan melelang paling sedikit 30 wilayah kerja (blok) minyak dan gas tahun depan. Lelang akan ditempuh melalui mekanisme lelang umum dan penawaran langsung.

"Tahun depan, kami akan mengadakan lelang umum sebanyak 2 putaran, sedangkan penawaran langsung bisa dilaksanakan 3 putaran atau setiap empat bulan sekali," paparnya.

NGopi file dari blog bayar royalti...

kirim uang ke Rekening Bank MAndiri 7897e4353548 Atas nama David susanto sebayak 5 miliar...

bayar pajak itu orang bijak...

IPR DUA FASA dan TIGA FASA

Pada bab ini akan membahas mengenai resevoar yang memiliki fracture. Resevoar seperti itu pada umumnya ditemukan di formasi batuan limestone yang diendapkan di daerah lautan. Hal ini sangat sesuai dengan tipikal resevoar di Indonesia.
Perlu dipahami bahwa dalam satu batuan bisa terdapat satu atau dua bagian, yakni:
• Bagian yang mengalami perekahan.
Pada bagian ini, ia memiliki permeabilitas yang tinggi namun tidak dapat menyimpan minyak.
• Bagian yang tidak mengalami perekahan disebut matrix.
Pada bagian ini, permeabilitas yang didapatkan tidak terlalu tinggi namun ia dapat menyimpan minyak.
Sehingga dalam satu batuan dapat terjadi tiga jenis aliran fluida, yakni:
• Aliran fluida dari matrix ke matrix
• Aliran fluida dari rekahan ke matrix
• Aliran fluida dari matrix ke rekahan
Dan persamaan IPR nantinya hanya akan mempresentasikan aliran fluida yang melalui matrix.

Teknik Sensing Untuk melacak Lokasi Minyak Bumi

Bumi memiliki permukaan dan variabel yang sangat kompleks. Relief topografi bumi dan komposisi materialnya menggambarkan bebatuan pada mantel bumi dan material lain pada permukaan dan juga menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan. Masing-masing tipe bebatuan, patahan di muka bumi atau pengaruh-pengaruh gerakan kerak bumi serta erosi dan pergeseran-pergeseran muka bumi menunjukkan perjalanan proses hingga membangun muka bumi seperti saat ini. Proses ini dapat difahami melalui disiplin ilmu geo-morfologi.

Eksplorasi sumber daya mineral merupakan salah satu aktifitas pemetaan geologi yang penting. Pemetaan geologi sendiri mencakup identifikasi pembentukan lahan (landform), tipe bebatuan, struktur bebatuan (lipatan dan patahannya) dan gambaran unit geologi. Saat ini hampir seluruh deposit mineral di permukaan dan dekat permukaan bumi telah ditemukan. Karenanya pencarian sekarang dilakukan pada lokasi deposit jauh di bawah permukaan bumi atau pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Metode geo-fisika dengan kemampuan penetrasi ke dalam permukaan bumi secara umum diperlukan dalam memastikan keberadaan deposit ini ?inyak bumi dan gas dalam pembicaraan kita-. Akan tetapi informasi awal tentang kawasan berpotensi untuk eksplorasi mineral lebih banyak dapat diperoleh melalui interpretasi ciri-ciri khusus permukaan bumi pada foto udara atau citra satelit.

Belakangan analisa menggunakan citra satelit lebih banyak dilakukan daripada foto udara, karena citra satelit memiliki beberapa nilai lebih, seperti:

1. mencakup area yang lebih luas, sehingga memungkinkan dilakukan analisa dalam skala regional, yang seringkali menguntungkan untuk memperoleh gambaran geologis area tersebut;

2. memiliki kemungkinan penerapan sensor pendeteksi multi-spektral dan bahkan hiper-spektral yang nilainya dituangkan secara kuantitatif (disebut derajat keabuan atau Digital Number dalam remote sensing), sehingga memungkinan aplikasi otomatis pada komputer untuk memahami dan mengurai karakteristik material yang diamati;

3. memungkinkan pemanfaatkan berbagai jenis data, seperti data sensor optik dan sensor radar, serta juga kombinasi data lain seperti data elevasi permukaan bumi, data geologi, jenis tanah dan lain-lain, sehingga dapat ditentukan solusi baru dalam menentukan antar-hubungan berbagai sifat dan fenomena pada permukaan bumi.

Tulisan singkat ini akan mengupas bagaimana minyak dan gas bumi tersimpan di perut bumi, bagaimana hubungan lokasi tersimpannya mineral ini dengan struktur bebatuan di dalamnya. Proses rangkaian eksplorasi dijelaskan secara umum. Kemudian untuk menjelaskan potensi teknik remote sensing dalam menemukan lokasi tersebut, akan dijelaskan tentang fungsi pemetaan geologi dan hubungannya dengan pendugaan struktur bebatuan di bawah permukaan bumi, tempat yang memungkinkan ditemukannya minyak dan gas bumi.

Proses Pembentukan

Minyak dan gas dihasilkan dari pembusukan organisma, kebanyakannya tumbuhan laut (terutama ganggang dan tumbuhan sejenis) dan juga binatang kecil seperti ikan, yang terkubur dalam lumpur yang berubah menjadi bebatuan. Proses pemanasan dan tekanan di lapisan-lapisan bumi membantu proses terjadinya minyak dan gas bumi. Cairan dan gas yang membusuk berpindah dari lokasi awal dan terperangkap pada struktur tertentu. Lokasi awalnya sendiri telah mengeras, setelah lumpur itu berubah menjadi bebatuan.

Minyak dan gas berpindah dari lokasi yang lebih dalam menuju bebatuan yang cocok. Tempat ini biasanya berupa bebatuan-pasir yang berporos (berlubang-lubang kecil) atau juga batu kapur dan patahan yang terbentuk dari aktifitas gunung berapi bisa berpeluang menyimpan minyak. Yang paling penting adalah bebatuan tempat tersimpannya minyak ini, paling tidak bagian atasnya, tertutup lapisan bebatuan kedap. Minyak dan gas ini biasanya berada dalam tekanan dan akan keluar ke permukaan bumi, apakah dikarenakan pergerakan alami sebagian lapisan permukaan bumi atau dengan penetrasi pengeboran. Bila tekanan cukup tinggi, maka minyak dan gas akan keluar ke permukaan dengan sendirinya, tetapi jika tekanan tak cukup maka diperlukan pompa untuk mengeluarkannya.

Proses Eksplorasi: Pemetaan Lineaments, Lithologic dan Geo-botanic

Eksplorasi sumber minyak dimulai dengan pencarian karakteristik pada permukaan bumi yang menggambarkan lokasi deposit. Pemetaan kondisi permukaan bumi diawali dengan pemetaan umum (reconnaissance), dan apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah pemetaan detil. Kedua pemetaan ini membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja pemetaan ini sering lebih mudah jika dibantu foto udara atau citra satelit. Setelah proses pemetaan, kerja eksplorasi lebih intensif pada metoda-metoda geo-fisika, terutama seismik, yang dapat memetakan konstruksi bawah permukaan bumi secara 3-dimensi untuk menemukan lokasi deposit secara tepat. Kemudian dilakukan uji pengeboran.

Sumbangan teknik remote sensing terutama diberikan pada proses pemetaan, yaitu pemetaan lineaments, jenis bebatuan di permukaan bumi dan jenis tetumbuhan.

Eksplorasi minyak dan gas bumi selalu bergantung pada peta permukaan bumi dan peta jenis-jenis bebatuan serta struktur-struktur yang memberi petunjuk akan kondisi di bawah permukaan bumi dengan yang cocok untuk terjadinya akumulasi minyak dan gas. Remote sensing berpotensi dalam penentuan lokasi deposit mineral ini melalui pemetaan lineaments. Lineaments adalah penampakan garis dalam skala regional sebagai akibat sifat geo-morfologis seperti alur air, lereng, garis pegunungan, dan sifat menonjol lain yang menampak dalam bentuk zona-zona patahan. Dengan menggunakan citra satelit gambaran keruangan alur air misalnya dapat dilihat dalam skala luas, sehingga kemungkinan mencari relasi keruangan untuk lokasi deposit mineral lebih besar.

Pemetaan lineament walaupun dapat dilakukan secara monoskopik (menggunakan satu citra), tetapi akan lebih produktif jika digabungkan dengan pemetaan lithologic atau pemetaan unit-unit bebatuan yang dilakukan secara stereoskopik (yang dapat mendeteksi ketinggian, karena dilakukan pada dua buah citra stereo). Kalangan ahli geologi meyakini bahwa refleksi gelombang elektromagnetik pada kisaran 1,6 sampai 2,2 mikrometer (=10-6 meter) atau pada spektrum pertengahan infra-merah (1,3 ·3,0 mikrometer) sangat cocok untuk eksplorasi mineral dan pemetaan lithologic. Keberhasilan pemetaan ini bergantung pada bentuk topografi dan karakteristik spektral sebagaimana diamati citra satelit. Untuk kawasan yang dipenuhi tumbuhan, mesti dilakukan pendekatan geo-botanic, yaitu pengetahuan tentang hubungan antara jenis tetumbuhan dengan kebutuhan nutrisi serta air pada tanah tempat tumbuhan ini tumbuh. Dengan demikian distribusi tetumbuhan pun dapat menjadi indikator dalam mendeteksi komposisi tanah dan material bebatuan di bawahnya.

Interpretasi citra dalam menemukan garis-garis patahan geologis memang membutuhkan keahlian tersendiri. Jika hanya mengandalkan lineaments, maka beberapa riset menunjukkan cukup banyak perbedaan interpretasi. Karenannya data garis ini dikorelasikan dengan karakteristik lain yang tertangkap sensor remote sensing, yaitu jenis bebatuan, yang merupakan cerminan mineralisasi permukaan bumi. Studi tentang jenis bebatuan dan respon spektral sangat membantu pencarian permukaan di mana deposit mineral tersimpan.

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme